ILMU KESEHATAN ANAK (IKA)
“Kwashiorkor dan Marasmus”

Disusun Oleh:
§
Dwi Wijayanti
(2010.1083)
§
Nefy Nometa
(2010.1147)
§
Nur Laila
(2010.1154)
§
Tiya Arisma
(2010.1216)
AKADEMI
KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04 Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “KWASHIORKOK & MARASMUS”
Makalah ini berisikan
tentang informasi Pengertian KWASHIORKOR & MARASMUS atau yang lebih
khususnya membahas patofisiologis, gejala, pemeriksaan, komplikasi serta tata
laksana kwashiorkor & marasmus. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang KKP.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sidoarjo,
Oktober 2011
Penyusun
PENDAHULUAN
KEP merupakan salah satu masalah gizi utama
di Indonesia. KEP
disebabkan karena defisiensi makronutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang
ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makronutrient kepada
defisiensi mikronutrient, tetapi beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga
memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan kwashiorkor, marasmus,
dan marasmik kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein.
Marasmus disebabkan karena kurang energi dan marasmik kwashiorkor disebabkan
karena kurang energi dan protein. Adapun yang menjadi penyebab langsung
terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka
waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga rumahtangga miskin
olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian.
Bentuk berat dari KEP di
beberapa daerah di Jawa pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO
(Honger Oedeem).
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan
kelaparan merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi memasuki Repelita I
dengan banyaknya kasus HO dan kematian di beberapa daerah. Oleh karena itu
tepat bahwa sejak Repelita I pembangunan pertanian untuk mencukupi kebutuhan
pangan penduduk merupakan tulang punggung pembangunan nasional kita. Bahkan
sejak Repelita III pembangunan pertanian tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan petani, tetapi secara
eksplisit juga untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat.
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati
“anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk
malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi Kwashiorkor
paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat pula terjadi
pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai
komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang
tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu
bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik
berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
Marasmus berasal dari kata marasmos (bahasa jerman) yang
berarti sekarat. Mal nutrisi jenis ini biasanya biasanya berupa kelambatan
pertumbuhan, hilangnya lemak di bawah kulit, mengecilnya otot, menurunnya
selera makan dan keterbelakangan mental.
Marasmus adalah
salah satu bentuk Malnutrisi paling sering ditemui pada balita penyebabnya
antara lain karen amasukan makanan yang sangat kurang, infeksi,pembawaan lahir, prematuritas, penyakit
pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan memiliki satu atau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori.
Marasmik Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie
malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat
gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom
perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.
2. ETIOLOGI
·
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara
lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat
dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang
cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi
yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu,
telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan
ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi
kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan
untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat
menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi
sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk
keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi.
·
Penyebab Marasmus :
Marasmus ialah
suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain
faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa
sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis
besar sebab – sebab marasmus antara lain :
1. pemasukan kalori yang tidak
cukup, marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit.
2. pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak ;
misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
3. kebiasaan makan yang tidak
tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orangtua dan anak terganggu.
4. kelainan metabolic. Misalnya
: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
Malformasi kongenital misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung,
deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus
hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
3. PATOFISIOLOGI
·
Marasmus
Untuk kelangsungan hidup
jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhhi
dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi pada masukan yang
kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai sumber
energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan
metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
·
Kwashiorkor
Pada defesiensi protein
murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena persediaan
energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. kelainanan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan
metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem. perlemakan
hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport
lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah
dalam hati.
4. GEJALA
·
Marasmus
a)
Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
b) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.

Gb. Marasmus
·
Kwashiorkor
a)
Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada
tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral

Gb. kwashiorkor
·
Marasmic
kwashiorkor
Anak/bayi yang menderita
marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas.
Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau
sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari
lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai
Apabila masukan energi kurang dan cadangan
lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan
protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat
terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras,
jagung atau singkong yang miskin akan protein.

Gb. Marasmic kwashiorkor
5.
PEMERIKSAAN
Untuk menegakkan
diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang pertama adalah inspeksi,
dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan
diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face, kelainan kulit misalnya
hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi ditemukan
hepatomegali.
Sementara untuk
pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting diperhatikan berupa :
tes darah (Hb, glukosa,
protein serum, albumin)
kadar enzim pencernaan
biopsi hati
pem. tinja & urin
perubahan
yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum. Ketonuria
lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi sering
kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa
darah yang rendah, pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino
dalam plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak
essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat.
Kerap kali
juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium.Terdapat juga penurunan
aktifitas enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase,tetapi kadarnya akan
kembali menjadi normal segera setelah pongobatan dimulai.

6. KOMPLIKASI
- shock
- koma
- cacat permanent
- Defisiensi vitamin A
- Dermatosis
- Kecacingan
- Diare kronis
- Tuberculosis
7. TATA LAKSANA
Prinsip pengobatanya adalah:
1) Memberikan makanan yang
mengandung banyak proteinbernilai biologik tinggi,
tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2) Makanan harus dihidangkan
dalam bentuk mudah dicerna dan diserap
3) Makanan diberikan secara
bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit
penyerta.
5) Tindak lanjut berupa
pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
keluarga.
Dalam
aplikasinya penanganan marasmus berat pada tahap awal adalah mengatasi kelainan
akut, seperti diare, bronkopneumonia, atau penyakit infeksi berat lainnya,
gangguan elektrolit dankeseimbangan asam basa, renjatan(shock), gagal ginjal,
gagal jantung. Dalam keadaan dehidrasi danasidosis pedoman pemberian cairan
paraenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah 250
ml/kg BB/hari
2) Jenis cairan yang dipilih
adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat
hipoglikemia.
3) Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB
diberikan dalam 4-8 jam pertama,kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20
jam berikutnya. Selain itu ASI ataususu formula dapat diberikan per oral bila
anak telah dapat minum. Pengobatan cairanintravena tersebut dapat dimodifikasi
sesuai keadaan penderita dan jenis penyakit penyerta
Makanan
tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang
dianjurkanadalah 3,0 ± 5,0 g/kg BB sehari. Biasanya dalam pemberian makanan
diperlukan pula penambahanvitamindan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B
kompleks, vitamin C, asam folat mineralkalium, magnesium, dan besi.
Asam
folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5 kali mg/hari pada anak
kecildan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL
oral sebanyak 75-100 mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2mEq/kg BB/hari); bila
terdapat tanda hipokalemia diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4
mEq/kg BB. Magnesium diberikan intramuskularatau intravena dalam bentuk larutan
MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kg BB/hari selama 4-5hari pertama perawatan.
Pada
hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral dalam bentuklarutan
Mg-klorida dengan dosis0,1-0,3 mEq/kg BB/hari. Termurah adalah fero-sulfat
dengan dosis3x10 mg/kg BB/hari per oral atau parenteral. Pada keadaan
hipoglikemia berat (glukosa darah <30mg/dl) diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg
BB secara intravena. Karena sering terjadi defisiesi enzim disakaridase, pemberian
susu dengan kadar laktosa rendah akan lebih banyak menolong, pemberian lemak
nabati akan lebih baik dari lemak hewani.
Penyuluhan
dan pemberian makanan yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas,merupakan
upaya pencegahan yang ampuh. Bahan makanan yang dikonsumsi hendaknya
berasaldari sumber makanan setempat. Dalam menangani masalah Marasmu perlu juga
dipertimbangkanfaktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau masyarakat
lingkungannya.
Terapi
dietetik
Cara pemberian makan pada
marasmus berat dibagi atas 3 tahap :
1. Tahap
penyesuaian
Tahap
ini merupakan peralihan ke makanan biasa selama toleransi anak terhadap makanan
masihrendah. Makanan yang diberikan diawali dengan yang lebih encer, lebih
cair, bernilai kalori danprotein rendah, kemudian secara bertahap ditingkatkan
hingga tercapai jumlah kalori 150-200kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB
sehari.tergantung dari kemampuan penderita lamapenyesuaian ini biasanya
bervariasi 1-2 minggu; atau lebih lama. Pada aplikasinya penderita
dibagimenjadi 2 golongan menurut berat badannya, yaitu berat badan kurang dari
7 kg dan lebih dari 7 kg.
· Berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis
makanan yang diberikan adalah makanan bayi. Pada awal perawatan makanan
utamanyadalah susu yang diencerkan (1/3,2/3,3/3) atau susu formula yang
dimodifikasi (susu rendah laktosa).Untuk tambahan kalori dapat diberikan
glukosa 2-5% dan tepung 2%. Kemudian secara berangsurdapat diberikan buah +
biskuit. Makanan lunak dan makanan lembik. Selain
itu bila ada ASI dapatterus diberikan
· Berat
badan lebih dari 7 kg
Jenis makanan adalah makanan untuk
anak berumur kebih dari 1 tahun, dimulai denganpemberian kalori 50 kkal/kg BB.
Protein 1,0 g/kg BB, dan cairan 200 ml/kg BB sehari. Bentukmakan yang
diberikandimukai dengan pemberian makanan cair yang diencerkan, kemudiansecara
bertahap dikentalkan (1/3,2/3,3/3). Bahan makanan utama dan sumber protein
makanancair adalah susu. Sebagai tambahan kalori dapat diberikanglukosa 5%.
Dalam tahap awal inimakanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih
kecil dan bila perlu dengan sonde. Setelahdiberikanmakanan cair penuh dan
toleransi makanan anak membaik, dapat dimulai denganpemberian makanan lunak,
disusul dengan makanan biasa.
2. Tahap penyembuhan
Bila keadaan umum anak, toleransi
terhadap makanan, dan nafsu makan membaik, pemberia nmakanan dapat ditingkatkan
secara berangsur setiap 1-2 hari sehingga tercapai konsumsi kalori sebanyak
150-200 kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari
3. Tahap lanjutan
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
ijin copas
BalasHapus