Jumat, 11 Mei 2012

Kwashiorkor dan Marasmus


ILMU KESEHATAN ANAK (IKA)
 “Kwashiorkor dan Marasmus”


Disusun Oleh:

§        Dwi Wijayanti        (2010.1083)
§        Nefy Nometa        (2010.1147)
§        Nur Laila              (2010.1154)
§        Tiya Arisma          (2010.1216)


AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04  Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KWASHIORKOK & MARASMUS”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian KWASHIORKOR & MARASMUS atau yang lebih khususnya membahas patofisiologis, gejala, pemeriksaan, komplikasi serta tata laksana kwashiorkor & marasmus. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang KKP.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb





      Sidoarjo, Oktober 2011


Penyusun
PENDAHULUAN

KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi makronutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makronutrient kepada defisiensi mikronutrient, tetapi beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan kwashiorkor, marasmus, dan marasmik kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus disebabkan karena kurang energi dan marasmik kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein. Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga rumahtangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian. Bentuk berat dari KEP di beberapa daerah di Jawa pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem).
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi memasuki Repelita I dengan banyaknya kasus HO dan kematian di beberapa daerah. Oleh karena itu tepat bahwa sejak Repelita I pembangunan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk merupakan tulang punggung pembangunan nasional kita. Bahkan sejak Repelita III pembangunan pertanian tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan petani, tetapi secara eksplisit juga untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat.









PEMBAHASAN
1.     DEFINISI
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
Marasmus berasal dari kata marasmos (bahasa jerman) yang berarti sekarat. Mal nutrisi jenis ini biasanya biasanya berupa kelambatan pertumbuhan, hilangnya lemak di bawah kulit, mengecilnya otot, menurunnya selera makan dan keterbelakangan mental.
Marasmus adalah salah satu bentuk Malnutrisi paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karen amasukan makanan yang sangat kurang, infeksi,pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan memiliki satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Marasmik Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.




2.      ETIOLOGI
·        Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
·        Penyebab Marasmus :
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab – sebab marasmus antara lain :
1.      pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit.
2.      pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak ; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
3.      kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orangtua dan anak terganggu.
4.      kelainan metabolic. Misalnya : renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. Malformasi kongenital misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

3. PATOFISIOLOGI
·        Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino. 
·        Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. kelainanan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem. perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
4. GEJALA
·        Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan    kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
Gb. Marasmus

·        Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
Gb. kwashiorkor

·        Marasmic kwashiorkor
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan protein.
            Gb. Marasmic kwashiorkor
5.     PEMERIKSAAN
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang pertama adalah inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face, kelainan kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi ditemukan hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting diperhatikan berupa :
 tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)
 kadar enzim pencernaan
 biopsi hati
 pem. tinja & urin
perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa darah yang rendah, pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino dalam plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat.
Kerap kali juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium.Terdapat juga penurunan aktifitas enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase,tetapi kadarnya akan kembali menjadi normal segera setelah pongobatan dimulai.

6. KOMPLIKASI
  1. shock
  2. koma
  3. cacat permanent
  4. Defisiensi vitamin A
  5. Dermatosis
  6. Kecacingan
  7. Diare kronis
  8. Tuberculosis
7. TATA LAKSANA

Prinsip pengobatanya adalah:
1) Memberikan makanan yang mengandung banyak proteinbernilai biologik tinggi,
  tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap
3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
    rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
     keluarga.
Dalam aplikasinya penanganan marasmus berat pada tahap awal adalah mengatasi kelainan akut, seperti diare, bronkopneumonia, atau penyakit infeksi berat lainnya, gangguan elektrolit dankeseimbangan asam basa, renjatan(shock), gagal ginjal, gagal jantung. Dalam keadaan dehidrasi danasidosis pedoman pemberian cairan paraenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah 250 ml/kg BB/hari
2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa      dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
3) Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam pertama,kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya. Selain itu ASI ataususu formula dapat diberikan per oral bila anak telah dapat minum. Pengobatan cairanintravena tersebut dapat dimodifikasi sesuai keadaan penderita dan jenis penyakit penyerta
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang dianjurkanadalah 3,0 ± 5,0 g/kg BB sehari. Biasanya dalam pemberian makanan diperlukan pula penambahanvitamindan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, asam folat mineralkalium, magnesium, dan besi.
Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5 kali mg/hari pada anak kecildan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-100 mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda hipokalemia diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4 mEq/kg BB. Magnesium diberikan intramuskularatau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kg BB/hari selama 4-5hari pertama perawatan.
Pada hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral dalam bentuklarutan Mg-klorida dengan dosis0,1-0,3 mEq/kg BB/hari. Termurah adalah fero-sulfat dengan dosis3x10 mg/kg BB/hari per oral atau parenteral. Pada keadaan hipoglikemia berat (glukosa darah <30mg/dl) diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg BB secara intravena. Karena sering terjadi defisiesi enzim disakaridase, pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan lebih banyak menolong, pemberian lemak nabati akan lebih baik dari lemak hewani.
Penyuluhan dan pemberian makanan yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas,merupakan upaya pencegahan yang ampuh. Bahan makanan yang dikonsumsi hendaknya berasaldari sumber makanan setempat. Dalam menangani masalah Marasmu perlu juga dipertimbangkanfaktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau masyarakat lingkungannya.
Terapi dietetik
Cara pemberian makan pada marasmus berat dibagi atas 3 tahap :
1. Tahap penyesuaian
Tahap ini merupakan peralihan ke makanan biasa selama toleransi anak terhadap makanan masihrendah. Makanan yang diberikan diawali dengan yang lebih encer, lebih cair, bernilai kalori danprotein rendah, kemudian secara bertahap ditingkatkan hingga tercapai jumlah kalori 150-200kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari.tergantung dari kemampuan penderita lamapenyesuaian ini biasanya bervariasi 1-2 minggu; atau lebih lama. Pada aplikasinya penderita dibagimenjadi 2 golongan menurut berat badannya, yaitu berat badan kurang dari 7 kg dan lebih dari 7 kg.
· Berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan yang diberikan adalah makanan bayi. Pada awal perawatan makanan utamanyadalah susu yang diencerkan (1/3,2/3,3/3) atau susu formula yang dimodifikasi (susu rendah laktosa).Untuk tambahan kalori dapat diberikan glukosa 2-5% dan tepung 2%. Kemudian secara berangsurdapat diberikan buah + biskuit. Makanan lunak dan makanan lembik. Selain itu bila ada ASI dapatterus diberikan
· Berat badan lebih dari 7 kg
Jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur kebih dari 1 tahun, dimulai denganpemberian kalori 50 kkal/kg BB. Protein 1,0 g/kg BB, dan cairan 200 ml/kg BB sehari. Bentukmakan yang diberikandimukai dengan pemberian makanan cair yang diencerkan, kemudiansecara bertahap dikentalkan (1/3,2/3,3/3). Bahan makanan utama dan sumber protein makanancair adalah susu. Sebagai tambahan kalori dapat diberikanglukosa 5%. Dalam tahap awal inimakanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih kecil dan bila perlu dengan sonde. Setelahdiberikanmakanan cair penuh dan toleransi makanan anak membaik, dapat dimulai denganpemberian makanan lunak, disusul dengan makanan biasa.
2. Tahap penyembuhan
Bila keadaan umum anak, toleransi terhadap makanan, dan nafsu makan membaik, pemberia nmakanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1-2 hari sehingga tercapai konsumsi kalori sebanyak 150-200 kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari
3. Tahap lanjutan



PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

1 komentar: