![]() |
“Teori Sebab-Akibat”
|
|
|
NAMA KELOMPOK:
|
|
§
Risa
Hella D
§
Roro
Meighanita
§
Setya
Budi
§
Soffy
Novielia
§
Silvia
Rusdiana
§
Siti
Nur H
§
Tiya
Arisma
§
Try
Aning S
§
Uswatun
H
§
Vonny
Adhek
§
Welly
Puspita
§
Yanuarti
Indah
§
Yunisa
Ismarini
AKADEMI
KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04
Wonoayu Sidoarjo
2011 - 2012
|
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Teori Sebab-Akibat”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang Teori Sebab-Akibat di Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Sidoarjo, September 2011
Penyusun
PENDAHULUAN
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah
menjadi bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade
terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia
mengenai masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986, World Health
Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama bidang
Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada. Konferensi ini dihadiri oleh
para ahli kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan sebuah dokumen penting yang
disebut Ottawa Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini menjadi rujukan bagi program
promosi kesehatan di tiap negara, termasuk Indonesia.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan
adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan
akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan
usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.
Lebih lanjut dokumen itu menjelaskan bahwa untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu
atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk
memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan
fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif
yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya
pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan
tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup
secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan
belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam
masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu
filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik
merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan
program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia
(Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam
masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, para pembuat
kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan dalam program
promosi kesehatan. Praktisi medis dapat mengajarkan kepada masyarakat mengenai
gaya hidup yang sehat dan membantu mereka memantau atau menangani risiko
masalah kesehatan tertentu. Para psikolog berperan dalam promosi kesehatan
lewat pengembangan bentuk-bentuk intervensi untuk membantu masyarakat
memraktikkan perilaku yang sehat dan mengubah kebiasaan yang buruk. Media massa
dapat memberikan kontribusinya dengan menginformasikan kepada masyarakat
perilaku-perilaku tertentu yang berisiko terhadap kesehatan seperti merokok dan
mengonsumsi alkohol. Para pembuat kebijakan melakukan pendekatan secara umum
lewat penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk
memelihara dan mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana
dan fasilitas yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat.
Berikutnya, perumus perundang-undangan dapat menerapkan aturan-aturan tertentu
untuk menurunkan risiko kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk
pengaman di kendaraan (Taylor, 2003).
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi.
Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit,
semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi
kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan
kesehatan.
lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai berikut
(Iqi, 2008):
1. Pendidikan
kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.
2. Pemasaran
sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa
melalui kampanye.
3. Upaya
penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran
informasi.
4. Upaya
peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.
5. Upaya advokasi
di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi lingkungan atau pihak lain
agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi
atau pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai
bidang/sektor, sesuai keadaan).
6.
Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat
(community development), penggerakan masyarakat (social mobilization),
pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Promosi kesehatan yang digalakkan Indonesia, mencakup
pengertian yang luas, yaitu penyuluhan kesehatan dan komunukasi dan edukasi
(KIE) yang dikenal pada dua atu tiga dekade yang lalu. Pengertian ini juga
mencakup promosi sebagaimana dikenal dalam dunia usaha, namun yang ditawarkan
adalah ide atau jasa yang terkait dibidang kesehatan.
PEMBAHASAN
A.Konsep Dasar Sikap dan Perilaku
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa,
sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik
dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam
Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan
atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk
bereaksi
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah
kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu
objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari
perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
-Konsep Perilaku
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi
lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur
dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru,
orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993),
pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu
objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan
pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan,
yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).
Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan
tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap
dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk
menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa
sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu
bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Sikap
tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap
seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan
yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta
tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).
-Perilaku Sehat dan sakit
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka
perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan
penyembuhan penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan
c. Perilaku gizi (makanan dan
minuman).
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanan kesehatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
a. Perilaku kesehatan lingkungan
b. Perilaku hidup
sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini
mencakup antara lain :
1)
Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
2)
Olahraga teratur
3)
Tidak merokok
4)
Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5)
Istirahat cukup
6)
Mengendalikan stress
7)
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
c. Perilaku sakit
(illness behavior)
d. Perilaku peran
sakit (the sick role behavior). Perilaku ini meliputi :
1)
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) Mengenal /
mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
B. Teori-teori Perubahan Perilaku
1. Teori S-O-R:
Proses perubahan perilaku menurut
teori S-O-R.:
a.
Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b.
Apabila diterima (adanya perhatian) à mengerti (memahami) stimulus.
c.
Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
·
Kesediaan
untuk bertindak terhadap stimulus (attitude))
·
Bertindak
(berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
2. Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang
pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan
akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
a.
Apabila
terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan
terjadi ketidak seimbangan (dissonance).
b.
Kalau
akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya)
maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali
terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
3. Teori fungsi: Katz
a.
Perubahan
perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek
perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
b.
Prinsip
teori fungsi:
·
Perilaku
merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
·
Perilaku
merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
·
Perilaku
sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
·
Perilaku
berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)
4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
·
Perilaku
adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan penahan (restraining forces).
·
Perubahan
perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut.
·
Kemungkinan
terjadinya perubahan-perubahan perilaku
C. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
a. Perubahan alamiah (natural change):
Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
b. Perubahan terencana (planned
change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan
c. Kesiapan berubah (Readiness to
change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada
diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu.
D. Strategi Perubahan Perilaku
·
Inforcement:
a.
Perubahan
perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.
b.
Menghasilkan
perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
·
Education:
a.
Perubahan
perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi
atau penyuluhan-penyuluhan.
b.
Menghasilkan
perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.
E. Health Seeking Behavior
Adalah perilaku orang untuk mencari penyembuhan pada waktu
ia sakit atau mengalami nasalah kesehatan.
·
Reaksi
orang pada waktu sakit:
a.
Tidak
berbuat apa-apa
b.
Diobati
sendiri (tradisonal atau modern)
c.
Mencari
pengobatan: Ke pengobat tradisional, Ke fasilitas kesehatan modern (mantri,
dokter praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit)
F. Perubahan Perilaku Sebagai Dampak
Promosi Kesehatan
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang
bisa ditempuh, yaitu :
a.
Dengan
Paksaaan.
b.
Dengan
memberi imbalan.
c.
Dengan
membina hubungan baik.
d.
Dengan
menunjukkan contoh-contoh.
Salah satu sifat manusia ialah ingin
meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan lingkungannya bersih, para
petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas juga
berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat,
tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan
tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh
seperti ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat
e.
Dengan
memberikan kemudahan.
Misalnya kita ingin agar masyarakat
memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat,
pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat mampu membayar pelayanannya
yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua ini
merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak
untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat
dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
keliling.
f.
Dengan
menanamkan kesadaran dan motivasi
Dalam hal ini individu, kelompok,
maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian
ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu
misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya
perilaku yang tidak sehat, dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini
diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup
sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa
telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus
ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan
tergerak untuk berperilaku sehat.
Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat
hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan
dengan cara cara lainnya.
Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas:
1.
Komponen
kognitif. Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan
tentang objek.
2.
Komponen
afektif . Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang
terhadap sikap. komponen ini menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan
negatif. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap (Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
3.
Komponen
konatif . Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi,
bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap. Komponen-komponen tersebut di atas merupakan komponen
yang membentuk struktur sikap
Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian,
atau fungsi manfaat.
2. Fungsi ini berkaitan dengan sarana
tujuan.
Di sini sikap merupakan sarana untuk
mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan
sebagai sarana dalam mencapai tujuan.Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi
penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri
secara baik terhadap sekitarnya.
3. Fungsi pertahanan ego.
Ini merupakan sikap yang diambil
oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya.
4. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang
merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam
dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan
dapat menunjukkan keadaan dirinya.
5. Fungsi pengetahuan
Fungsi ini mempunyai arti bahwa
setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang
tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali
atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten.
Proses timbulnya atau terbentuknya sikap dapat dilihat pada
bagan sikap berikut ini:
Þ Faktor Internal
·
Fisiologis
·
Psikologis
a.
Objek
Sikap
b.
Sikap
Þ Faktor Eksternal
·
Pengalaman
·
Situasi
·
Norma-norma
·
Hambatan
·
Pendorong
Reaksi
Bagan 1 : Bagan Proses Timbulnya Sikap
Dari bagan di atas tersebut dapat dikembangkan bahwa sikap
yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu
faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal.
Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh
individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau
pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat.
Semuanya ini akan berpengaruh terhadap sikap yang ada pada
diri seseorang.
Sementara itu reaksi yang diberikan individu terhadap objek
sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Sikap yang
diambil pada diri individu dapat diikuti dalam bagan berikut ini:
•
Keyakinan
•
Proses
Belajar
•
Cakrawala
•
Pengalaman
•
Pengetahuan
•
Objek
Sikap
•
Persepsi
•
Faktor-
Faktor lingkungan yang berpengaruh
•
Kepribadian
•
Kognisi
•
Afeksi
•
Konasi
•
Sikap
Bagan 2 : Bagan Perseps dikutip dari Mar’at (1982:23) dengan
perubahan.
Dilihat dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa sikap akan
dipersepsi oleh individu dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang
diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam persepsi objek sikap individu
akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, proses belajar, dan
hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan individu
mengenai objek sikap dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan
mengiringi hasil kognisi terhadap objek sikap sebagai aspek evaluatif, yang
dapat bersifat positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi akan mengait
segi konasi, yaitu merupakan kesiapan untuk memberikan respon terhadap objek
sikap, kesiapan untuk bertindak dan untuk berperilaku.
Keadaan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap objek
sikap maupun pada individu yang bersangkutan.
Bringham dalam Azwar (2000:138) menjelaskan tipe ukuran
sikap yang paling sering dipakai adalah questioner self-report yang disebut
skala sikap dan biasanya meliputi respon setuju atau tidak dalam beberapa
kelompok-kelompok.
Mengukur sikap bukan suatu hal yang mudah sebab sikap adalah
kecenderungan, pandangan pendapat, atau pendirian seseorang untuk meneliti
suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya, dengan
menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Dalam penelitian
sikap, tergantung pada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Perlu
diperhatikan metode yang berhubungan dengan pengukuran sikap, bagaimana
instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengukur sikap. Azwar
(2000:90) menjelaskan bahwa, metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan
sikap yaitu:
a.
Observasi
perilaku
b.
Pertanyaan
langsung
c.
Pengungkapan
langsung
Perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai
akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000) sikap
merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu
bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda.
Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu
objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut.
Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian,
ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap
perlu dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek,
konsisten, intensitas dan dapat dipelajari.
Model dan Teori sikap
Perkembangan teori tentang sikap sudah sangat maju. Sikap
juga dapat digambarkan dalam bentuk model. Model tradisional menggambarkan
pengaruh informasi dari lingkungan luar pribadi seseorang, di mana informasi
tersebut akan diolah dengan menggunakan elemen internal dari seseorang, untuk
menghasilkan sikap terhadap objek. Teori kongruitas menggambarkan pengaruh
antara dua jenis objek, di mana kekuatan satu sama lain dapat saling
mempengaruhi persepsi konsumen. Dan model terakhir adalah model Fishbein yang
merupakan kombinasi dari kepercayaan objek terkait dengan atribut dan
intensitas dari kepercayaan tersebut. Model Fishbein ini kemudian dimodifikasi
dengan menambahkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan
norma subjektif.
Pembentukan Sikap
Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan
yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan
informasi yang diterima dari orang lain, yang memiliki pengaruh. Kelompok juga
menjadi sumber pembentukan sikap yang cukup berpengaruh.
Alur pembentukan sikap dimulai ketika seseorang menerima informasi tentang produk atau jasa. Informasi tersebut, kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu. Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan konsumen terhadap produk, serta tingkat kepentingan dari tiap atribut produk terhadap dirinya atau terhadap kebutuhannya saat ini. Hasil akhirnya adalah terbentuknya sikap dari individu terhadap suatu objek (produk, jasa atau hal lainnya). Tingkat komitmen dari pembentukan sikap beragam, mulai dari compliance, identification, sampai kepada internalization. Dalam prinsip konsistensi sikap, terdapat harmoni antara pemikiran, perasaan, dan perbuatan, yang cenderung menimbulkan usaha untuk menciptakan keseimbangan antara ketiganya. Adanya disonansi antara elemen sikap dan perilaku dapat direduksi dengan menghilangkan, menambah atau mengubah keduanya (teori disonansi kognitif). Teori persepsi diri menyatakan bahwa sikap dapat ditentukan dari perilaku yang diobservasi. Adanya penerimaan dan penolakan pesan berdasarkan standar yang dibentuk dari sikap sebelumnya terdapat dalam teori penilaian sosial.
Alur pembentukan sikap dimulai ketika seseorang menerima informasi tentang produk atau jasa. Informasi tersebut, kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu. Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan konsumen terhadap produk, serta tingkat kepentingan dari tiap atribut produk terhadap dirinya atau terhadap kebutuhannya saat ini. Hasil akhirnya adalah terbentuknya sikap dari individu terhadap suatu objek (produk, jasa atau hal lainnya). Tingkat komitmen dari pembentukan sikap beragam, mulai dari compliance, identification, sampai kepada internalization. Dalam prinsip konsistensi sikap, terdapat harmoni antara pemikiran, perasaan, dan perbuatan, yang cenderung menimbulkan usaha untuk menciptakan keseimbangan antara ketiganya. Adanya disonansi antara elemen sikap dan perilaku dapat direduksi dengan menghilangkan, menambah atau mengubah keduanya (teori disonansi kognitif). Teori persepsi diri menyatakan bahwa sikap dapat ditentukan dari perilaku yang diobservasi. Adanya penerimaan dan penolakan pesan berdasarkan standar yang dibentuk dari sikap sebelumnya terdapat dalam teori penilaian sosial.
Perubahan Sikap
Strategi perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap
produk dengan keterlibatan tinggi, maupun untuk produk dengan tingkat
keterlibatan rendah. Usaha mengarahkan audiens untuk produk dengan keterlibatan
rendah ditempuh dengan mentransformasi situasi ke arah keterlibatan konsumen
yang tinggi. Adapun strategi perubahan sikap konsumen terhadap produk atau jasa
tertentu dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang
mengikuti alur proses komunikasi yang efektif. Pemasar harus mampu mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dan dapat menyebabkan perubahan sikap dari penerima pesan atau
konsumen. Faktor sumber, pesan, dan penerima pesan dapat digunakan secara
optimal untuk menghasilkan perubahan sikap dan tentunya perubahan perilaku
positif dari konsumen yang diharapkan oleh pemasar. Kredibilitas dari sumber
pesan menjadi fokus dari komunikasi persuasif. Dalam mengelola pesan, yang
harus diperhatikan adalah struktur, urutan, dan makna yang terkandung dalam
pesan. Karakteristik dari penerima pesan, yang meliputi kepribadian, mood, dan
jenis kepercayaan yang dimiliki juga menjadi faktor penentu keberhasilan
komunikasi persuasive, maka dengan adanya perubahan perilaku maupun sikap
tersebut berawal sebagai dampak promosi kesehatan.
Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki
dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi
sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu
menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup
dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang
berubah pesat, terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan
urbanisasi–- sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan
keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan
lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan
untuk promosi kesehatan apa saja.
Upaya untuk mengubah perilaku dan memberdayakan masyarakat
agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan yang dikenal
sebagai “Promosi Kesehatan”, sebagaimana didefinisikan WHO, yaitu Proses
pemberdayaan masayarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat tidak dilakukan dengan paksaan, ancaman
maupun harapan untuk memperoleh imbalan, melainkan dilakukan melalui upaya
peningkatan kesedaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat.
PENUTUP
Kesimpulan
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan respon.
Perubahan perilaku memiliki dampak yang signifikan pada
kesehatan.
Cara masyarakat mengatur perubahan perilaku harus dapat
membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan
kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan
menyenangkan, sehingga perubahan perilaku dalam individu baik positif maupun
negatif sebagai dampak dalam promosi kesehatan.
Saran
Sebaiknya setiap individu dapat melakukan perubahan perilaku
yang bersifat positif agar pola hidup bersih dan sehat terwujud.
0 komentar:
Posting Komentar