Kamis, 31 Mei 2012

Landasan teori inversio uteri


ASKEB PATHOLOGI PERSALINAN

Asuhan Kebidanan dengan
 INVERSIO UTERI


Disusun Oleh:

TIYA ARISMA (2010.1216)

                                                    

AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04  Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT. Tuhan Seru Sekalian Alam. Kepada-Nya saya memohon dan kepada-Nya kami meminta pertolongan dan Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “INVERSIO UTERI” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan bayak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Djauharoh, SST selaku dosen mata kuliah pathologi persalinan yang telah membimbing dan menuntun kami dengan penuh kesabaran, ketabahan dan seikhlsan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, namun skami sudah berupaya untuk menampilkan yang terbaik. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan pembuatan makalah.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya, AMIN……..!!!!!!!!!!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb




Sidoarjo, Mei 2012


Penyusun






 
 

 LANDASAN TEORI “INVERSIO UTERI”

PENDAHULUAN

Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah besar namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam statistik resmi. Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup .
Penyebab kematian maternal cukup kompleks, salah satunya adalah terjadinya perdarahan post partum . Perdarahan post partum adalah sebab penting kematian ibu, ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan post partum, plasenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri) disebabkan oleh perdarahan post partum. Yang termasuk etiologi perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan lahir, inversio uteri, ruptur uteri dan gangguan sistem pembekuan darah.
Inversio uteri merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetrik yang jarang terjadi (1 per 2000 – 12.000 kelahiran), namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian yang tinggi (15 – 70%), biasanya yang terjadi adalah syok yang berat.


PEMBAHASAN
1.      DEFINISI
  • Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. (Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)
  • Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. (Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi,dr. Delfi Lutan Sp.OG)
  • Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri ) memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)
  • Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina. (Obstetri Patologi ,UNPAD
  • Inversio uteri merupakan keadaan dimana bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar.(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Sarwono Prawiroharjo)
  • Presentasi
Inversi uterus mungkin hadir :
• Akut - dalam waktu 24 jam setelah melahirkan
• Subacutely - lebih dari 24 jam dan sampai 30 hari postpartum
• Kronis - lebih dari 30 hari setelah melahirkan

2.    KLASIFIKASI
Inversio uteri dibagi atas :
1.      Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2.      Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3.      Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
(Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)

Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi
1.       Inversio inkomplit
Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri
2.      Inversio komplit
Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
3.      Inversio local
 Fundus uteri menonjol sedikit ke dalam cavum uteri
4.      Inversio parsial
 Tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada cavum uteri
5.      Inversio total
Tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina
(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)

Gambar 1 Reposisi Inversio Uteri
(a)    Inversio uteri berat/ komplit. (b) Reposisi uterus melalui servik. (c) Restitusi uterus




3. PATOFISIOLOGI
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah. Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominaldan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong kebelakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, oleh karena trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina. Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri.
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya. Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif. khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic.
Gambar 2. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri

4. ETIOLOGI
Faktor yang memudahkan terjadinya inversion uteri adalah:
  • Uterus yang lembek
  • Lemah
  • Tipis dindingnya.
  • Adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah

Penyebab inversio uteri adalah:
 Secara spontan:
» grandemultipara
» atonia uteri
» kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah, kanalis servikalis 
   yang longgar)
» tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya mengejan dan batuk) ,
Karena tindakan:
 » perasat Crede yang berlebihan
 » tarikan tali pusat
 » manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta pada 
    dinding rahim.
» atau Karna tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang belum lepas dari dinding rahim.

      Berbagai faktor etiologi telah dikaitkan dengan inversi uterus, walaupun mungkin tidak ada penyebab yang jelas. Di identifikasi faktor etiologi meliputi:
  Tali pusat yang pendek
  Traksi yang berlebihan pada tali pusat
  Tekanan pada fundus yang berlebihan
  Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta)
  Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk mempercepat pelepasan plasenta, terutama jika plasenta melekat pada fundus.
  Endometritis kronis
  Kelahiran setelah sebelumnya operasi caesar
  Cepat atau tenaga His yang panjang
  Sebelumnya rahim inversi
  Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama persalinan)
  Unicornuate rahim
  Kelainan bawaan atau kelemahan rahim.

4.   GEJALA KLINIS
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat maka :
  • rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal.
  • Perdarahan yang banyak akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok .


» Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen
fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
» Pada pemeriksaan dalam
  • bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam
  • bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik) .

6.      DIAGNOSA
Penegakan diagnosis sangat penting dan mungkin menyelamatkan nyawa ibu. Diagnosis tidak sukar dibuat jika mengetahui kemungkinan terjadinya inversio uteri. Pada penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat.
Diagnose juga bisa ditegakkan apabila pemeriksa menemukan beberapa tanda inversi uterus yang mencakup:
·        Uterus menonjol dari vagina.
·        Fundus tidak tampaknya berada dalam posisi yang tepat ketika dokter palpasi (meraba) perut ibu.
·        Adanya perdarahan yang tidak normal dan perdarahannya banyak bergumpal.
·        Tekanan darah ibu menurun (hipotensi).
·        Ibu menunjukkan tanda-tanda syok (kehilangan darah) dan kesakitan
·        Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
·        Bila baru terjadi maka, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadian cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.
·        Pemeriksaan penunjang (seperti USG atau MRI) dapat digunakan dalam beberapa kasus untuk memperkuat diagnosis.

7.      PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong
 rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam
 menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
 2. Bila telah terjadi maka terapinya :
 90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-threatening”.
   Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan elektrolit dan tranfusi darah.
   Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
     Segera lakukan tindakan resusitasi.
     Bila plasenta masih melekat, jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat .
     Lakukan tindakan resusitasi dengan cara : Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus perlahan-lahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversion.
     Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar 1 diatas.
   Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai uterus kembali keposisi normal.



    Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
     Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.

      Gambar 3 : Reposisi melalui laparotomi
·        Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.






PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml IV (Nacl 0,9 % atau Ringer Lactat) 10 tetes/menit :
a. Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes permenit.
b. Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau prestaglandin
2. Berikan Antibiotika proflaksis dosis tunggal :
a. Ampisilin 2 gr IV dan metronidazol 500mg IV
b. Sefazolin 1 gr IV dan metranidazol 500 mg IV
3. Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal vaginal
4. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam 48 jam :
a. Ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam
b. Gestamin 5 mg/kg berat badan IV setiap 24 jam
c. Metranidazol 500mg IV setiap 8 jam
5. Berikan analgesik jika perlu

8.  KOMPLIKASI
Komplikasi meliputi endomyometritis , kerusakan usus atau pelengkap rahim.

9. PROGNOSIS
Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini di ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan membawa prognosa yang baik pula.






















PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.











DAFTAR PUSTAKA

1.      Lutan,dr.Delfi.1998.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
2.      Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
3.      Manuaba, Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC
4.      Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2,Jakarta : EGC
5.      Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6.      Wiknjosastro, H.1997..Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo





0 komentar:

Posting Komentar