Jumat, 11 Mei 2012

Gangguan Jalan Lahir (NIFAS)


OBSTETRI PATHOLOGI
Gangguan Jalan Lahir (NIFAS)



Disusun Oleh:

·        Eka Sari P      (2010.)
·        Erna Maya D   (2010.)
·        Elida Syahwia (2010.)
·        Siyam Fitriah  (2010.1215)
·        Tiya Arisma    (2010.1216)
·        Tri Aning S     (2010.1217)



AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04  Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012



KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami kirimkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami kesehatan, kesempatan, dan kemauan hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan taslim tak lupa pula kami kirimkan ke junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita kembali ke jalan Allah SWT,hingga kita dapat menikmati indahnya Dinul Islam .
 Makalah ini berisi tentang Gangguan jalan lahir pada post partum, antara lain kerusakn  pada perineum, vulva, cervix dan rupture uteri. Kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah turut membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan .Terlepas dari itu semua ,kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan .Karena itu segala kritik dan saran yang mendukung guna makalah ini menjadi lebih baik ,sangat kami harapkan.
            Akhir kata ,mohon maaf bila ada kata kata dalam makalah ini yang menynggung perasaan dosen maupun kawan kawan.Karena kami tidak lepas dari kesalahan.







Sidoarjo, Januari 2012


Penyusun


PENDAHULUAN

Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Luka yang luas bisa menyebabkan perdarahan pasca persalinan yaitu perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus di evaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi sumber perdarahan yang berasal dari perineum, vagina dan robekan uterus (ruptura uteri).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya robekan jalan lahir, di antarnya adalah persalinan dengan distosia bahu, partus presipitatus, perluasan episiotomi, multiparitas, dan lain-lain.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak di jumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa di jahit. Bidan di harapkan melaksanakan pertolongan persalinan secara legalitas di tengah masyarakat melalui polindes. Bidan dengan pengetahuan medisnya di harapkan bisa mengarahkan pertolongan persalinan dengan resiko rendah. Pertolongan persalinan resiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menimbulkan perdarahan pun akan semakin berkurang.












PEMBAHASAN
GANGGUAN JALAN LAHIR

ROBEKAN JALAN LAHIR
·        PENGERTIAN
a.       Robekan adalah terputusnya kontinyuitas jaringan.(Kamus Lengkap Kedokteran : 109)
b.      Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagia keras dan jalan lahir bagian lunak yang harus di lewati oleh janin dalam proses persalinan pervaginam. (Ilmu Bedah Kebidanan : 1)
c.       Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum, vagina serviks, dan uterus. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, & KB untuk pendidikan bidan : 308)

·        KLASIFIKASI
1.     PERINEUM
a.      Pengertian
                              Perineum adalah bagian terendah  badan yaitu sabuah garis yang menyambung kedua tuberositas iskhil, membaginya menjadi daerah depan garis ini yaitusegitiga urogenital dan belakangnya ialah segitiga anal. (anatomi fisiologi , evelyn : 256)
                              Robekan perineum sering juga mengenai musc. Levatores ani,hingga setiap robekan perineum harus dijahit agara tidak menimbulkan kelemahan dasar panggul atau prolaps. Kadang kadang musc. Levatores ani merusak dan menjadi lemah tanpa terjadinya ruptura perinei,misalnya kalau kepala terlalu lama meregang dasar panggul. Kadang juga terjadi kolpaporrhexis ialah robeknya vagina bagian atas hingga servix terpisah dari vagina.
b.  Etiologi
1.      Secara umum
a.       Kepala janin terlalu cepat lahir
b.      Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c.       Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
d.      Pada persalinan dengan distosia bahu
2.      Faktor maternal
a.       Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak di tolong
b.      Pasien tidak mampu berenti mengejan
c.       Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
d.      Edema dan kerapuhan pada perineum
e.       Perluasan perineum
3.      Faktor janin
a.       Bayi yang besar
b.      Posisi kepala bayi yang normal
c.       Kelahiran bokong
d.      Ekstraksi forsep yang sukar
e.       Distosia bahu

c. Tingkat robekan perineum
A. Tingkat I      : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vaginadengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
B. Tingkat II     : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai selaput lendir vagina dan muskulus perinea trasvesalis tapi tidak mengenai sfingter ani
C. Tingkat III   : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani
D. Tingkat IV   : Robekan meluas keseluruh kulit perineum membran mukosa vagina, senrum tendineum perinei, sfingter ani dan mukosa rektum. (Ilmu Bedah Kebidanan :175)

d.      Patofisiologi

Perineum kaku                                                        Kesalahan memimpin
Kepala janin terlalu cepat lahir                                 Persalinan


 




Regangan Perineum                                          Robekan perineum






 




Tingkat I               Tingkat II             Tingkat III                Tingkat VI


e.      Penanganan dan Perawatan pasca persalinan
Pada robekan derajat I T idak perlu di jahit karena akan kembali dan sembuh dengan sendirinya, pada robekan derajat II, III & IV Perlu di lakukan penjahitan.
·        Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal :
-                      Ampicilin 500 mg/oral
-                      DHN metronidazol 500 mg/oral
·        Observasi tanda-tanda infeksi
·        Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema 2 mgg
·        Berikan pelembut keses selama 1 mg/oral





2.     VAGINA
a.      Pengertian
    • Vagina adalah saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus yang berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk pelvis dan dikelilingi serta di topang oleh otot-otot dasar pelvis.
    • Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris yang khusus, di aliri pembuluh darah dan serabut saraf secara berlimpah.
Robekan pada clitoris atau sekitarnya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak.

b.      Klasifikasi robekan jalan lahir pada vagina
  • KOLPOREKSI
                                      i.      Pengertian
Kolporeksi adalah suatu keadaan di mana terjadi  robekan di pada vagina baian atas sehingga sebagian serviks uteri dan vagina terlepas yang dapat memanjang atau melintang.

                                   ii.      Etiologi
1.      Pada persalinan dengan EPD   sehingga terjadi regangan segmen bahwa uttrus dengan servix uteri tidak terjepit antara kepala janin dan tulang panggul.
2.      Trauma sewaktu mengeluarkan placenta manual
3.      Pada saat coitus yang kasar di sertai kekerasan
4.      Kesalahan dalam memasukkan tangan oleh penolong ke dalam uterus.

                                 iii.      Komplikasi
1.      Perdarahan terjadi jika robekan lebar, dalam, dan lebih mengenai pembuluh darah
2.      Infeksi, jika robekan tidak ditangani dengan semestinya bahkan dapat timbul septikemi.
  • ROBEKAN DINDING VAGINA
              i.      Pengertian
Robekan dinding vagina adalah robekan pada dinding vagina yang mengenai pembuluh darah.

ii.  Etiologi
1.      Melahirkan janin dengan cunam
2.      Ekstraksi bokong
3.      Ekstraksi vakum
4.      Reposisi presentasi kepala janin misal letak oksipito posterior
5.      Akibat lepasnya tulang simfisis pubis (Simfisiolisis)

iii. Komplikasi
Sama dengan kolporeksi

          iv.      Penanganan
1.      robekan kecil →superfisial tidak perlu penanganan khusus
2.      robekan lebar dan dalam, lakukan penjahitan secara teratur putus-putus atau jelujur
3.      pada puncak vagina sesuai dengan kolporeksi yang penanganan sesuai dengan ruptur uteri.

  • PERLUKAAN VAGINA
1.      Etiologi
·        akibat persalinan karena luka pada vulva
·        robekan pembuluh darah vena di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput lendir vagina




2.      Jenis perlukaaan vagina
a.       Robekan vulva
Sering dijumpai pada waktu persalinan yang terlihat pada robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian belakang vulva, luka robekan dijahit dengan cara cutgut secara terputus adalah jelujur.

b.      Hematoma vulva
Karena robeknya pembulih vena yang ada dibawah pembuluh kulit alat kelamin  luar dan selaput lendir vagina, terjadi pada kala pengeluaran. Diagnosa tidak terlalu sulit karena hematoma, terlibat dibagian yang lembek, membengkok dan disertai nyeri tekan. (Ilmu Bedah Kebidanan : 177-178)

3. Komplikasi
Sesuai pembahasan di atas.

4. Penanganan
1.      hematoma kecil tidak perlu tindakan operatif cukup dilakukan pengompresan daerah tersebut
2.      jika ada tanda-tanda anemia, syok lakukan pengosongan
3.      jahitan di buka kembali atau lakukan sayatan sepanjang bagian hematoma dan keluarkan jika ada bekuan
4.      jika ada sumber perdarahan, ikat pembuluh darah vena atau arteri yang terputus
5.      rongga diisi dengan kasa steril sampai padat
6.      luka sayatan dijahit secara terputus-putus atau jelujur
7.      pakailah drain
8.      tampon dapat dibiarkan selama 24 jam
9.      pasien diberi koagulasi + antibiotik sebagai profilaksis dan berikan ruborasia



·     FISTULA FESIKOVAGINAL
        i.      Pengertian
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua organ atau lebih (bagian depan)

     ii.      Etiologi
1.      Trauma, menggunakan alat-alat (perforator, kait dekapitasi, cunam)
2.      Persalinan lama
3.      Robekan cervix yang menjalar ke vagina bagian atas
4.      Pada SC (vesika urinaria dan ureter dapat terpotong atau robek)

   iii.      Penanganan
1.      Yang disebabkan oleh trauma
·        Pasang kateter tetap dalam vesika urinaria
·        Jika ditemukan air kencing menetes kedalam vagina segera lakukan penjahitan luka yang terjadi lapis demi lapis (selaput lendir→ otot-otot dinding vesika urinaria → dinding depan vagina)
·        Kateter dapat dibiarkan selama beberapa waktu
2.      Yang disebabkan oleh lepasnya jaringan nekrosis
·  Gejala kelihatan setelah 3-10 hari post partum dan sering pada fistula yang kecil
·        Pasang kateter tetap (untuk drainase vesika urinaria) selama beberapa minggu sehingga dapat menutup sendiri
·        Jika pada fistula yan besar dapt dilukukan setelah 3-6 bulan PP


·        VISTULA RECTOVAGINAL
              i.      Pengertian
Fistula recovaginal adalah lubang antara rectum dan vagina



     ii.      Etiologi
1. ketidakbeerhasilan perbaikan pada laserasi laserasi derajat ketiga
2. ketidaksembuhan dari penjahitan (Ilmu bedah kebidanan : 175-182)

   iii.      Penanganan
Perbaikan operaif (Ilmu Bedah Kebidanan : 177-182)

3. CERVIX
a.      Pengertian
Cervix adalah leher rahim atau sesuatu yang berhubungan dengan leher. (Kamus Kedokteran :51)
Robekan yang kecil kecil selalu terjadi pada persalinan. Yang harus mendapat perhatian kita ialah robekan yang dalam yang kadang kadang sampai ke fornix ; robekan biasanya terdapat pada pinggir samping servix malahan kadang kadang sampai ke S.B.R dan membuka parametrium.
Robekan yang sedemikian dapat membuka pembuluh pembuluh darah yang besar dan menimbulkan pendarahan yang hebat. Robekan ini kalau tidak dijahit selain menimbulkan perdarahan juga dapat menjadi sebab servisitis,parametritis,dan mungkin juga memperbesar kemungkinan terjadinya karsinoma cervix. Kadang kadang menimbulkan perdarahan nifas yang lambat.

b.      Etiologi
Robekan servix dapat terjadi pada :
1.      Partus presipitatus
2.      Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam, perforator, vakum ekstraktor)
3.      Melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa karena pembukaan servix belum lengkap
4.      Partus lama


c.  Diagnosa robekan cervix
Perdarahan PP pada uterus yang berkontraksi baik harus memaksa kita untuk memeriksa servix inspekulo. Sebagai profilaksis sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk memeriksakan inspekulo.

d.      Komplikasi
1.      perdarahan
2.      syok
3.      inkompetensi servix atau infertilitas sekunder

e.      Penanganan menjahit robekan servix
1.      Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan kanan di jepit dengan klem sehingga perdarahan menjadi berkurang atau berhenti
2.      Kemudian sevix di tarik sedikit, sehingga lebih jelaskelihatan dari luar
3.      Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum di jahit pinggir tersebut diratakan dulu dengan jalan menggunting pinggir yang bergerigi tersebut.
4.      Setelah itu robeka dijahit dengan cutgut cromik, jahitan dimulai dari ujung robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan angka delapan
5.      Pada robekan yang dalam, jahitan harus di lakukan lapis demi lapis. Ini dilanjutkan untuk menghindari terjadinya hematoma dalam rongga di bawah jahitan

4. RUPTURA UTERI
a.      Pengertian
Ø      Ruptura uteri adalah distrupsi dinding uterus yang merupakan salah satu kedaruratan obstetri. (Kedaruratan obsttrik : 169)
Ø      Ruptura uteri adalh robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampaui daya regang miometrium. (Pely. Kesh maternal neonatal : 169)



b.      Faktor predisposisi
1.      Multiparitas atau grandemulti
2.      Pemakaian oksitosin persalinan yang tidak tepat
3.      Kelainan letak dan implantasi plasenta
4.      Kelainan bentuk uterus
5.      Hidramnion

c.       Gejala ruptur uteri
1.      Sewaktu konsentrasi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang mengiris di perut bagian bawah
2.      SBR nyeri sekali kalau di palpasi
3.      HIS berhenti
4.      Ada perdarahan pervagina, walaupun biasanya tidakbanyak
5.      Bagian-bagian anak mudah diraba, kalau anak masuk ke dalam rongga perut
6.      Kadang-kadang disamping anak teraba tumor ialah rahim yang telah mengecil
7.      Pada toucher ternyata bagian depan mudah di tolak ke atas malahan kadang-kadang tidak teraba lagi karena masuk ke dalam rongga perut
8.      Biasanya pasien jatuh dalam shock
9.      Kalau ruptura sudah lama terjadi maka seluruh perut nyei dan gembung
10.  Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan diagnosa kalau gejala-gejala kurang jelas

d.      Etiologi
1.      Parut uterus (SC, Miometrium, reaksi kornua, abortus sebelumnya)
2.      Trauma
·        Kelahiran operatif (versi, ekstraksi bokong, forsep)
·        Perangsangan oksitosin yang berlebihan
·        Kecelakaan mobil


3.      Ruptura spontan uterus yang tidak berpaut (kontraksi uterus persisten pada kasus obstruksi pelvis)
·        Disproporsi chepalo pelvic
·        Malperentasi janin
·        Anomali janin (hidrosefalus)
·        Multiparitas tanpa penyebab lain
·        Lelomioma uteri
4.      Faktor-faktor lain
·        Placenta akreta atau perkreta
·        Kehamilan kornua
·        Penyakit trofoblasik invasif

e.      Klasifikasi ruptura uteri
1.      Menurut waktu terjadinya
a.       Ruptura uteri gravidarum
      Terjadinya sewaktu hamil dan berlokasi pada korpus
b.      Ruptura uteri durate partum
            Terjadinya waktu melahirkan anak dan berlokasi pada SBR.
2.      Menurut lokasinya
a.       Korpus uteri
      Terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami dan operasi (SC) yang kolporal atau miomektomi
b.      SBR
      Terjadi pada partus yang sulit dan lama yatu tambah merenggang dan tipis dan akhirnya ruptur uteri.
c.       Servix uteri
      Terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau versi dan ekstraksi pada pembukaan lengkap.
d.      Kolpoporeksis – kolporeksi
      Robekan diantara servix dan vagina.

3.      Menurut robeknya peritoneum
a.       Kompleta
Robekan pada dinding uterus – peritoneum (parametrium) sehingga terdapat hubungan antara rongga perut dan uterus.
b.      Inkompleta
Robekan pada otot rahim tapi peritonium tidak ikut robek.
4.      Menurut etiologinya
a.       Ruptura uteri spontan
-          Karena dinding rahim yang lemak atau cacat
Misal : Bekas SC, miomektomi, perforasi saat kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta manual
-          Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
Misal : Panggul sempit, kelainan bentuk panggul, janin besar, DM, hidrops feralis, post maturitas, dan grandemulti.
b.      Ruptura violenta (traumatika)
Karena : Estraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi braxton hicks, sindrom tolakah, manual placenta, kuretase, espresi kristeller atau crede.
5.      Menurut gejala klinis
a.       Ruptura iminens (membakat, mengancam)
b.      Ruptura uteri (sebenarnya)

f.        Penanganan Ruptura Uteri
1.      Mengatasi syok
2.      Perbaiki KU penderita dengan pemberian infus dan sebagaimana
3.      Kardiotonika, antibiotika dan sebagainya
4.      Jika sudah mulai membaik lakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi
·        Histerektomi (total dan subtotal)
·        Histerorafia (tepi luka di eksidir → dijahit)
·        Konservatif (dengan temporade dan antibiotaka yang cukup


PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.












DAFTAR PUSTAKA

·        FK UNPAD, 1981, Obstetri Patologi, Bandung.
·        Mochtar, rustam, 1998, Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan Essensia Medica, Yogyakarta.
·        Pearce, Evelyn, 2002, Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
·        Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·        Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·        Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·        Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri dan Ginekologi, ECG, Jakarta.










0 komentar:

Posting Komentar