OBSTETRI PATHOLOGI
Gangguan Jalan Lahir (NIFAS)

Disusun Oleh:
·
Eka Sari P (2010.)
·
Erna Maya D (2010.)
·
Elida Syahwia (2010.)
·
Siyam Fitriah (2010.1215)
·
Tiya Arisma (2010.1216)
·
Tri Aning S (2010.1217)
AKADEMI
KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04 Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami kirimkan ke
hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami kesehatan, kesempatan, dan
kemauan hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan taslim tak
lupa pula kami kirimkan ke junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Nabi yang telah
membawa kita kembali ke jalan Allah SWT,hingga kita dapat menikmati indahnya
Dinul Islam .
Makalah ini berisi tentang Gangguan jalan
lahir pada post partum, antara lain kerusakn pada perineum, vulva, cervix dan rupture uteri.
Kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah turut membantu
hingga makalah ini dapat terselesaikan .Terlepas dari itu semua ,kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan .Karena itu segala kritik dan
saran yang mendukung guna makalah ini menjadi lebih baik ,sangat kami harapkan.
Akhir kata ,mohon maaf bila ada kata kata dalam makalah ini yang menynggung
perasaan dosen maupun kawan kawan.Karena kami tidak lepas dari kesalahan.
Sidoarjo, Januari 2012
Penyusun
PENDAHULUAN
Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan
lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka luas
dan berbahaya. Setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan
perineum. Luka yang luas bisa menyebabkan perdarahan pasca persalinan yaitu
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu
harus di evaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi
sumber perdarahan yang berasal dari perineum, vagina dan robekan uterus
(ruptura uteri).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
robekan jalan lahir, di antarnya adalah persalinan dengan distosia bahu, partus
presipitatus, perluasan episiotomi, multiparitas, dan lain-lain.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak di
jumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa di jahit. Bidan di
harapkan melaksanakan pertolongan persalinan secara legalitas di tengah
masyarakat melalui polindes. Bidan dengan pengetahuan medisnya di harapkan bisa
mengarahkan pertolongan persalinan dengan resiko rendah. Pertolongan persalinan
resiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menimbulkan perdarahan
pun akan semakin berkurang.
PEMBAHASAN
GANGGUAN JALAN LAHIR
ROBEKAN
JALAN LAHIR
·
PENGERTIAN
a.
Robekan adalah terputusnya kontinyuitas jaringan.(Kamus Lengkap Kedokteran
: 109)
b.
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagia keras dan jalan lahir bagian
lunak yang harus di lewati oleh janin dalam proses persalinan pervaginam. (Ilmu
Bedah Kebidanan : 1)
c.
Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum, vagina serviks,
dan uterus. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, & KB untuk pendidikan
bidan : 308)
·
KLASIFIKASI
1.
PERINEUM
a. Pengertian
Perineum
adalah bagian terendah badan yaitu
sabuah garis yang menyambung kedua tuberositas iskhil, membaginya menjadi
daerah depan garis ini yaitusegitiga urogenital dan belakangnya ialah segitiga
anal. (anatomi fisiologi , evelyn : 256)
Robekan
perineum sering juga mengenai musc. Levatores ani,hingga setiap robekan
perineum harus dijahit agara tidak menimbulkan kelemahan dasar panggul atau
prolaps. Kadang kadang musc. Levatores ani merusak dan menjadi lemah tanpa
terjadinya ruptura perinei,misalnya kalau kepala terlalu lama meregang dasar
panggul. Kadang juga terjadi kolpaporrhexis ialah robeknya vagina bagian atas
hingga servix terpisah dari vagina.
b. Etiologi
1. Secara umum
a. Kepala janin terlalu cepat
lahir
b. Persalinan tidak dipimpin
sebagaimana mestinya
c. Sebelumnya pada perineum
terdapat banyak jaringan parut
d. Pada persalinan dengan
distosia bahu
2. Faktor maternal
a. Partus presipitatus yang
tidak dikendalikan dan tidak di tolong
b. Pasien tidak mampu berenti
mengejan
c. Partus di selesaikan secara
tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
d. Edema dan kerapuhan pada
perineum
e. Perluasan perineum
3.
Faktor janin
a. Bayi yang besar
b. Posisi kepala bayi yang
normal
c. Kelahiran bokong
d. Ekstraksi forsep yang sukar
e. Distosia bahu
c. Tingkat robekan perineum
A. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vaginadengan atau
tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
B. Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai selaput lendir
vagina dan muskulus perinea trasvesalis tapi tidak mengenai sfingter ani
C. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai
otot-otot sfingter ani
D. Tingkat IV : Robekan meluas keseluruh kulit perineum membran mukosa vagina,
senrum tendineum perinei, sfingter ani dan mukosa rektum. (Ilmu Bedah Kebidanan
:175)
d. Patofisiologi
Perineum
kaku Kesalahan
memimpin

![]() |
Regangan
Perineum Robekan perineum
![]() |
![]() |
Tingkat I Tingkat
II Tingkat III Tingkat VI
e. Penanganan dan Perawatan
pasca persalinan
Pada robekan derajat I T idak perlu di jahit
karena akan kembali dan sembuh dengan sendirinya, pada robekan derajat II, III
& IV Perlu di lakukan penjahitan.
·
Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis dosis
tunggal :
-
Ampicilin 500 mg/oral
-
DHN metronidazol 500 mg/oral
·
Observasi tanda-tanda infeksi
·
Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema 2 mgg
·
Berikan pelembut keses selama 1 mg/oral
2.
VAGINA
a. Pengertian
- Vagina adalah saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus yang berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk pelvis dan dikelilingi serta di topang oleh otot-otot dasar pelvis.
- Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris yang khusus, di aliri pembuluh darah dan serabut saraf secara berlimpah.
Robekan pada clitoris atau sekitarnya dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak.
b.
Klasifikasi robekan jalan lahir pada vagina
- KOLPOREKSI
i.
Pengertian
Kolporeksi adalah suatu keadaan di mana
terjadi robekan di pada vagina baian
atas sehingga sebagian serviks uteri dan vagina terlepas yang dapat memanjang
atau melintang.
ii.
Etiologi
1. Pada persalinan dengan EPD
sehingga terjadi regangan segmen bahwa uttrus dengan servix uteri tidak
terjepit antara kepala janin dan tulang panggul.
2. Trauma sewaktu mengeluarkan
placenta manual
3. Pada saat coitus yang kasar
di sertai kekerasan
4. Kesalahan dalam memasukkan
tangan oleh penolong ke dalam uterus.
iii.
Komplikasi
1. Perdarahan terjadi jika
robekan lebar, dalam, dan lebih mengenai pembuluh darah
2. Infeksi, jika robekan tidak
ditangani dengan semestinya bahkan dapat timbul septikemi.
- ROBEKAN DINDING VAGINA
i.
Pengertian
Robekan
dinding vagina adalah robekan pada dinding vagina yang mengenai pembuluh darah.
ii. Etiologi
1. Melahirkan janin dengan
cunam
2. Ekstraksi bokong
3. Ekstraksi vakum
4. Reposisi presentasi kepala
janin misal letak oksipito posterior
5. Akibat lepasnya tulang
simfisis pubis (Simfisiolisis)
iii. Komplikasi
Sama dengan kolporeksi
iv.
Penanganan
1. robekan kecil →superfisial
tidak perlu penanganan khusus
2.
robekan lebar dan dalam, lakukan penjahitan secara teratur putus-putus atau
jelujur
3. pada puncak vagina sesuai
dengan kolporeksi yang penanganan sesuai dengan ruptur uteri.
- PERLUKAAN VAGINA
1. Etiologi
·
akibat persalinan karena luka pada vulva
·
robekan pembuluh darah vena di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput
lendir vagina
2. Jenis perlukaaan
vagina
a. Robekan vulva
Sering
dijumpai pada waktu persalinan yang terlihat pada robekan kecil pada labium
minus, vestibulum atau bagian belakang vulva, luka robekan dijahit dengan cara
cutgut secara terputus adalah jelujur.
b. Hematoma vulva
Karena
robeknya pembulih vena yang ada dibawah pembuluh kulit alat kelamin luar dan selaput lendir vagina, terjadi pada
kala pengeluaran. Diagnosa tidak terlalu sulit karena hematoma, terlibat
dibagian yang lembek, membengkok dan disertai nyeri tekan. (Ilmu Bedah
Kebidanan : 177-178)
3. Komplikasi
Sesuai pembahasan di atas.
4. Penanganan
1.
hematoma kecil tidak perlu tindakan operatif cukup dilakukan pengompresan
daerah tersebut
2.
jika ada tanda-tanda anemia, syok lakukan pengosongan
3.
jahitan di buka kembali atau lakukan sayatan sepanjang bagian hematoma dan
keluarkan jika ada bekuan
4.
jika ada sumber perdarahan, ikat pembuluh darah vena atau arteri yang
terputus
5.
rongga diisi dengan kasa steril sampai padat
6.
luka sayatan dijahit secara terputus-putus atau jelujur
7.
pakailah drain
8.
tampon dapat dibiarkan selama 24 jam
9.
pasien diberi koagulasi + antibiotik sebagai profilaksis dan berikan
ruborasia
· FISTULA FESIKOVAGINAL
i.
Pengertian
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua organ
atau lebih (bagian depan)
ii.
Etiologi
1. Trauma, menggunakan
alat-alat (perforator, kait dekapitasi, cunam)
2. Persalinan lama
3. Robekan cervix yang menjalar
ke vagina bagian atas
4. Pada SC (vesika urinaria dan
ureter dapat terpotong atau robek)
iii.
Penanganan
1. Yang disebabkan oleh trauma
·
Pasang kateter tetap dalam vesika urinaria
·
Jika ditemukan air kencing menetes kedalam vagina segera lakukan penjahitan
luka yang terjadi lapis demi lapis (selaput lendir→ otot-otot dinding vesika
urinaria → dinding depan vagina)
·
Kateter dapat dibiarkan selama beberapa waktu
2. Yang disebabkan oleh
lepasnya jaringan nekrosis
·
Gejala kelihatan setelah 3-10 hari post partum dan sering pada fistula yang
kecil
·
Pasang kateter tetap (untuk drainase vesika urinaria) selama beberapa
minggu sehingga dapat menutup sendiri
·
Jika pada fistula yan besar dapt dilukukan setelah 3-6 bulan PP
·
VISTULA RECTOVAGINAL
i.
Pengertian
Fistula recovaginal adalah lubang antara rectum
dan vagina
ii.
Etiologi
1. ketidakbeerhasilan
perbaikan pada laserasi laserasi derajat ketiga
2. ketidaksembuhan dari
penjahitan (Ilmu bedah kebidanan : 175-182)
iii.
Penanganan
Perbaikan operaif (Ilmu Bedah Kebidanan : 177-182)
3. CERVIX
a.
Pengertian
Cervix
adalah leher rahim atau sesuatu yang berhubungan dengan leher. (Kamus
Kedokteran :51)
Robekan
yang kecil kecil selalu terjadi pada persalinan. Yang harus mendapat perhatian
kita ialah robekan yang dalam yang kadang kadang sampai ke fornix ; robekan
biasanya terdapat pada pinggir samping servix malahan kadang kadang sampai ke
S.B.R dan membuka parametrium.
Robekan
yang sedemikian dapat membuka pembuluh pembuluh darah yang besar dan
menimbulkan pendarahan yang hebat. Robekan ini kalau tidak dijahit selain
menimbulkan perdarahan juga dapat menjadi sebab servisitis,parametritis,dan
mungkin juga memperbesar kemungkinan terjadinya karsinoma cervix. Kadang kadang
menimbulkan perdarahan nifas yang lambat.
b. Etiologi
Robekan
servix dapat terjadi pada :
1.
Partus presipitatus
2.
Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam, perforator, vakum
ekstraktor)
3.
Melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa karena pembukaan
servix belum lengkap
4.
Partus lama
c. Diagnosa robekan cervix
Perdarahan
PP pada uterus yang berkontraksi baik harus memaksa kita untuk memeriksa servix
inspekulo. Sebagai profilaksis sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit
menjadi indikasi untuk memeriksakan inspekulo.
d. Komplikasi
1. perdarahan
2. syok
3. inkompetensi servix atau
infertilitas sekunder
e. Penanganan menjahit robekan
servix
1. Pertama-tama pinggir robekan
sebelah kiri dan kanan di jepit dengan klem sehingga perdarahan menjadi
berkurang atau berhenti
2. Kemudian sevix di tarik
sedikit, sehingga lebih jelaskelihatan dari luar
3. Jika pinggir robekan
bergerigi, sebaiknya sebelum di jahit pinggir tersebut diratakan dulu dengan
jalan menggunting pinggir yang bergerigi tersebut.
4. Setelah itu robeka dijahit
dengan cutgut cromik, jahitan dimulai dari ujung robekan dengan cara jahitan
terputus-putus atau jahitan angka delapan
5. Pada robekan yang dalam,
jahitan harus di lakukan lapis demi lapis. Ini dilanjutkan untuk menghindari
terjadinya hematoma dalam rongga di bawah jahitan
4. RUPTURA UTERI
a. Pengertian
Ø
Ruptura uteri adalah distrupsi dinding uterus yang merupakan salah satu
kedaruratan obstetri. (Kedaruratan obsttrik : 169)
Ø
Ruptura uteri adalh robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampaui daya regang miometrium. (Pely. Kesh maternal neonatal : 169)
b. Faktor predisposisi
1. Multiparitas atau
grandemulti
2. Pemakaian oksitosin persalinan
yang tidak tepat
3. Kelainan letak dan
implantasi plasenta
4. Kelainan bentuk uterus
5. Hidramnion
c. Gejala ruptur uteri
1. Sewaktu konsentrasi yang
kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang mengiris di perut bagian bawah
2. SBR nyeri sekali kalau di
palpasi
3. HIS berhenti
4. Ada perdarahan pervagina,
walaupun biasanya tidakbanyak
5. Bagian-bagian anak mudah
diraba, kalau anak masuk ke dalam rongga perut
6. Kadang-kadang disamping anak
teraba tumor ialah rahim yang telah mengecil
7. Pada toucher ternyata bagian
depan mudah di tolak ke atas malahan kadang-kadang tidak teraba lagi karena
masuk ke dalam rongga perut
8. Biasanya pasien jatuh dalam
shock
9. Kalau ruptura sudah lama
terjadi maka seluruh perut nyei dan gembung
10. Adanya kencing berdarah
dapat membantu kita menentukan diagnosa kalau gejala-gejala kurang jelas
d. Etiologi
1. Parut uterus (SC,
Miometrium, reaksi kornua, abortus sebelumnya)
2. Trauma
·
Kelahiran operatif (versi, ekstraksi bokong, forsep)
·
Perangsangan oksitosin yang berlebihan
·
Kecelakaan mobil
3. Ruptura spontan uterus yang tidak
berpaut (kontraksi uterus persisten pada kasus obstruksi pelvis)
·
Disproporsi chepalo pelvic
·
Malperentasi janin
·
Anomali janin (hidrosefalus)
·
Multiparitas tanpa penyebab lain
·
Lelomioma uteri
4. Faktor-faktor lain
·
Placenta akreta atau perkreta
·
Kehamilan kornua
·
Penyakit trofoblasik invasif
e. Klasifikasi ruptura uteri
1. Menurut waktu terjadinya
a. Ruptura uteri gravidarum
Terjadinya
sewaktu hamil dan berlokasi pada korpus
b. Ruptura uteri durate partum
Terjadinya
waktu melahirkan anak dan berlokasi pada SBR.
2. Menurut lokasinya
a. Korpus uteri
Terjadi
pada rahim yang sudah pernah mengalami dan operasi (SC) yang kolporal atau
miomektomi
b. SBR
Terjadi
pada partus yang sulit dan lama yatu tambah merenggang dan tipis dan akhirnya
ruptur uteri.
c. Servix uteri
Terjadi
pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau versi dan ekstraksi pada pembukaan
lengkap.
d. Kolpoporeksis – kolporeksi
Robekan
diantara servix dan vagina.
3. Menurut robeknya
peritoneum
a. Kompleta
Robekan
pada dinding uterus – peritoneum (parametrium) sehingga terdapat hubungan
antara rongga perut dan uterus.
b. Inkompleta
Robekan pada otot rahim tapi peritonium tidak ikut
robek.
4. Menurut etiologinya
a. Ruptura uteri spontan
-
Karena dinding rahim yang lemak atau cacat
Misal
: Bekas SC, miomektomi, perforasi saat kuretase, histerorafia, pelepasan
plasenta manual
-
Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
Misal
: Panggul sempit, kelainan bentuk panggul, janin besar, DM, hidrops feralis,
post maturitas, dan grandemulti.
b. Ruptura violenta
(traumatika)
Karena
: Estraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi braxton hicks,
sindrom tolakah, manual placenta, kuretase, espresi kristeller atau crede.
5. Menurut gejala klinis
a. Ruptura iminens (membakat,
mengancam)
b. Ruptura uteri (sebenarnya)
f.
Penanganan Ruptura Uteri
1. Mengatasi syok
2. Perbaiki KU penderita dengan
pemberian infus dan sebagaimana
3. Kardiotonika, antibiotika
dan sebagainya
4. Jika sudah mulai membaik
lakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi
·
Histerektomi (total dan subtotal)
·
Histerorafia (tepi luka di eksidir → dijahit)
·
Konservatif (dengan temporade dan antibiotaka yang cukup
PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
FK UNPAD, 1981, Obstetri Patologi, Bandung.
·
Mochtar, rustam, 1998, Patologi dan
Fisiologi Persalinan, Yayasan Essensia Medica, Yogyakarta.
·
Pearce, Evelyn, 2002, Anatomi
Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
·
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu
Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·
Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri
dan Ginekologi, ECG, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar