ASKEB
NEONATUS & BAYI
(FIMOSIS, HIPOSPADIA, Hernia Diafragmatik)

Disusun Oleh:
·
Fatmawati Dwi P (2010.)
·
Fetty (2010.)
·
Roro Meighanita (2010.)
·
Tiya Arisma (2010.1216)
AKADEMI
KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04 Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “ASKEB NEONATUS & BALITA”
Makalah ini berisikan
tentang informasi penyakit pada neonatus atau yang lebih khususnya membahas fimosis,
hipospadia & hernia diafragmatik pada neonatus. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang penyakit pada neonatus
& balita.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sidoarjo, Januari 2012
Penyusun
FIMOSIS
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi
kulit preputium ke belakang sulkus. Glandularis hanya dapat dilakukan pada
sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga
tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1%
pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang
lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa
mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini
diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi).
Suatu penelitian lain
juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat
ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3
tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200
anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik
ke belakang penis.
PENGERTIAN
Fimosis, baik merupakan
bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat, merupakan kondisi dimana kulit
yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala penis
tersebut juga dikenal dengan istilah kulup, prepuce, preputium, atau foreskin.
Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik
ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium
melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya
bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada
prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih.
Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti
balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik,
fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini
berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan
berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputium yang membuka.

Gambar
fimosis
ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi
melekat pada kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya
bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau bentura
PATOFISIOLOGI
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia
3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel
prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan
prepusium dari glans penis. Pemisahan secara kehamilan 7 minggu. Selama proses
pemisahan, prepusium harus diretraksi agar menjaga hygiene sehari-hari.smegma
dihasilkan dari personal hygiene yang buruk yang dapat memberikan perkembangan
inflamasi dan infeksi serta telah mengimplikasikan penyebab kanker penis.
DIAGNOSIS
Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang
dapat diretraksi, atau menjadi cincin konstriksi saat ditarik ke belakang
melewati glans penis, harus diduga adanya disproporsi antara lebar kulit
preputium dan diameter glans penis. Selain konstriksi kulit preputium, mungkin
juga terdapat perlengketan antara permukaan dalam preputium dengan epitel
glandular dan atau frenulum breve. Frenulum breve dapat menimbulkan deviasi
glans ke ventral saat kulit preputium diretraksi.
TANDA DAN GEJALA
1.
Kulit
penis anak tidak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan dibersihkan.
2.
Anak
mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung tertutup.
3.
Air
seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang
tidak dapat diduga.
4.
Kalau
sampai timbul infeksi, maka si anak akan mengangis setiap buang air kecil
dan dapat pula disertai demam.
5.
Kadang-kadang
keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai miksi yang kemudian
menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan urin yang keluar terlebih
dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum
keluar melalui muaranya yang sempit.
6.
Iritasi pada penis
PATWAY :

MANIFESTASI
KLINIS
1.
Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit BAK, pancaran urin
mengcil dan deras menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan
pada akhirnya dapat menimbulkan retensi uruin.
2.
Hygiene local yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada
prepusium ( postitis ), infeksi pada galns penis ( balanitis ) atau infeksi
pada glans penis dan prepusium penis.
3.
Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma (
timbunan smegma di dalam saku prepusium penis ).
KOMPLIKASI
- Retensi urin
- Karsinoma penis
- Perdarahan
- Stenosis ineatus
- Fimosis persisten
- Robekan pada prepusium
PENATALAKSANAN
1. Penatalaksanaan medis
- Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.
- Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan gangguan miksi pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang dengan sendirinya.


2. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
a. Perawatan rutin pra bedah.
1. Menjaga kebersihan bagian alat
kelamin untuk mencegah adanya kuman atau bakteri dengan air hangat dan
sabn mandi.
2. Penis harus
dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan sendiri berbaring
seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
- Perawatan pasca bedah
- Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya penyembuhan.
- Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.
- Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
- Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta menerpkan prinsip protektif.
HIPOSPADIA
PENGERTIAN
Hipospadia
sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“
yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana
lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia
merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang
terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi,
kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi
jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan
kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini
seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang,
yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
ETIOLOGI
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor
dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada
beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan
hormone
Hormone yang dimaksud di
sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini
biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab
adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
mutasi.
Hypospadia
terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero. Terjadi karena
adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai
minggu ke 14. Gangguan ini terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan
meatus terbuka pada permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventral
kecil dan tampak seperti kap atau menutup.
PATOFISIOLOGI

- Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembngan uretra dalam utero.
- Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skrotum.
- Hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada lubang frenum, sedang lubang frenumnya tidak terbentuk, tempat normalnya meatus urinarius ditandai pada glans penis sebagai celah buntu.
GEJALA HIPOSPADIA
- Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
- Penis melengkung ke bawah
- Penis tampak seperti berkerudung karena kelainan pada kulit depan penis
- Jika berkemih, anak harus duduk.

Gambar Hipospadia
DIAGNOSIS
Diagnosis
hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang hipospadia
dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak
teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada
pemeriksaan setelah bayi lahir. Chordee dapat menyebabkan batang penis
melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe
perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi duduk,
dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas. Beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk
memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal. Excretory
urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada
ginjal dan ureter.
Diagnosis
bias juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di
pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat.
Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian
pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada
saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18
bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang
air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam
melakukan hubungan seksual.
KLASIFIKASI HIPOSPADIA
1.
Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior
Hipospadia Glandular

HipospadiaSubcoronal

2.
Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah
Hipospadia Mediopenean

Hipospadia Peneescrotal

3.
Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
Hipospadia Perineal

KOMPLIKASI
- Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas, nekrosis flap, dan edema.
- Komplikasi lanjut :
- Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat anastomosis.
- Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.
- Fistula uretrocutaneus
- Striktur uretra
- Adanya rambut dalam uretra
PENATALAKSANAAN
Untuk
saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini
bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada
tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya
dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal
ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu
“spesial”, dan berbeda dengan teman yang lain yaitu anak yang lain biasanya
miksi dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga
urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya
jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi
yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus
uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
1. Meluruskan penis yaitu
orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada
penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan
fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok.
Langkah
selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis
untuk menutup sulcus uretra.
2. Uretroplasty, Tahap kedua
ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis.
Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang nantinya
akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui
tahap pertama.
Tidak
kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan
pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat
urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra
yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang
dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat
olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai
kandung kemih.
HERNIA DIAFRAGMATIKA
PENGERTIAN
Hernia Diafragmatika adalah
penonjolan organ perut kedalam rongga dada melalaui suatu lubang pada diafragma.
Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dengan rongga perut. Secara
anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral diafragma posterior
yang berasal dari arkus lumboskral dan vertebrocostal triagone adalah tempat
yang paling lemah dan mudah terjadi rupture. Menurut lokasinya hernia diafragma
traumatika 69 % pada sisi kiri, 24 % pada sisi kanan, dan 15 % terjadi
bilateral. hal ini terjadi karena adanya hepar di sisi sebelah kanan yang
berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur hemidiafragma sisi sebelah kanan.

Gambar
Hernia diagframatik
ETIOLOGI
Pemisahan perkembangan rongga
dada dan perut disempurnakan dengan menutupnya kanalis pleuroperitoneum
posterolateral selamam kehamilan minggu ke-8. Gagalnya kanalis ini menutup
merupakan mekanisme yang diterima pada terjadinya hernia diafragmatika
posterolateral kongenital. Ini mungkin merupakan mekanisme pada pemderita
dengan defek diafragmatika yang kecil.
Salah satu penyebab terjadinya
hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma
tumpul abdomen., baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera
dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering
akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling
seering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi
penigkatan tekanan intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada
otot-otot diafragma. Pada trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka
tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam. Sekitar 0,8-1,6 % dengan
trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada diafragma
GEJALA KLINIS
Gejala klinis berupa :
- Gangguan pernafasan yang berat.
- Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen).
- Takipneu (laju pernafasan yang cepat).
- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris).
- Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Lambung, usus dan bahkan hati dan
limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada
sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis
dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang
mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat
pernafasan.
PEMERIKSAAN
FISIK
- Gerakan dada pada saat bernapas tidak simetris
- Tidak terdengar suara pernapasan pada sisi hernia
- Bising usus terdengar di dada
- Perut teraba kosong
- Rontgen dada menunjukkan adanya rongga perut di dada
PATOLOGI
Perubahan patologi pada bayi
dengan HD kongenital tidak terbatas pada diafragma. Defek diafragma mungkin
kecil dan seperti celah atau meliputi seluruh hemidiafragma. Kedua paru kecil
dibanding dengan umur dan berat badan kontrol, dengan paru di sisi defek lebih
berat terkena. Ada penurunan jumlah alveoli dan pembentukan bronkus. Bentuk vaskularisasi
paru tidak normal, dengan penurunan volume dan kenaikan yang nyata massa otot
pada arteriol.

Gambar
Hernia Diafragmatik
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar bayi dengan HKD
mengalami disstres respirasi berat dalam usia beberapa jam pertama. Sekelompok
kecil akan muncul sesudah masa neonatus. Penderita dengan manifestasi terlambat
dapat mengalami muntah sebagai akibat obstruksi usus atau gejala respirasi
ringan. Hernia diafragmatika yang tidaka dikenali merupakan penyebab kematian
mendadak pada bayi dan anak prasekolah.
DIAGNOSIS
Diagnosis prenatal dengan
ultrasonografi adalah lazim. Evaluasi dengan seksama untuk anomali lain harus
memasukkan ekokardiografi dan amniosintesis. Setelah lahir kebanyakan bayi
dengan hernia diafragmatika akan mengalami kolaps respirasi yang berat dalam 24
jam pertama. Tidak adanya suara dan bergesernya tempat suara jantung sering ada pada HKD
dan pneumothoraks akan disertai dengan perut skapoid pada bayi dengan HKD.
PENATALAKSANAN
Pemilihan penatalaksaan
bedasarkan lama waktu yang dibutuhkan dalam mendiagnosis hernia diafragma Pada
keadaan akut terapi repair diafragma trasabdominal meupakan pilihan karena
tingginya insiden trauma yang berhubungan dengan abdomen. Pada fase latent
repair transthorakal menjadi pilihan karena sudah terjadi perlengketan organ
intra thorakal.
PENGOBATAN
Tersedianya extracorporeal
membrane oxygenation (ECMO), penggunaan stabilisasi bedah. Resusitasi awal
harus disertai dengan masa upaya stabilisasi paralisis (pankuronium mg/kg), hiperventilasi sedang
(tekanan parsial CO2 25-30 mmHg) dan sedasi narkotik (fentanil 2-4 mg/kg).
Resusitasi volume, dopamin, dan
bikarbonat (untuk mempertahankan PH 7,50) bisa juga menolong. Jika bayi sudah
stabil dan menunjukkan tekanan vaskuler pulmonal stabil tanpa shunt dari kanan
ke kiri yang berarti menetap, kebanyakan bayi akan membutuhkan dukungan ECMO.
Obat vasoaktif (tolazolin, prostaglandin, dopamin) bisa memberikan perbaikan
sementara tetapi tidak memuaskan seperti terapi definitif untuk hipertensi
pulmonal yang disertai hernia diafragmatika. Pemberian surfaktan juga terbukti
memberikan perbaikan sementara dalam oksigenasi pada beberapa bayi dengan HKD.
Lamanya ECMO untuk neonatus
dengan hernia diafragmatika jauh lebih lama daripada pada mereka yang dengan
sirkulasi janin menetap atau respirasi mekonium dan bisa berakhir 2-4 minggu. Jika penderita tidak bisa
dihentikan dari ECMO setelah perbaikan, pilihannya adalah menghentikan dukungan
atau terapi percobaan seperti nitrit oksida atau transplantasi satu paru. Ventilasi
semprotan frekuensi tinggi dan ventilasi osilatori mempunyai keberhasilan
terbatas pada neonatus dengan HKD.
Pendekatan dengan bedah perut
lebih baik karena jika perlu malrotasi yang menyertai dapat diarahkan dan
dinding perut dapat dibiarkan terbuka dengan kulit hanya ditutup atau kantong
silastik dipasang jika tekanan perut diperkirakan berlebihan.
PROGNOSIS
Penelitian bayi dengan HKD yang
diketahui dalam uterus (27-55%) melaporkan ketahanan hidup lebih rendah
daripada pada laporan yang terbatas pada laporan kelahiran hidup (42-66%).
Faktor-faktor yang terkait dengan prognosis yang jelek
adalah:
- Anomali besar yang menyertai
- Gejala-gejala sebelum umur 24 jam
- Disstres cukup berat yang membutuhkan ECMO
- Persalinan pada senter nontertiari
Pada penelitian fungsi paru neonatus, neonatus dengan
HKD yang membutuhkan ECMO menunjukkan penurunan kelenturan, kelenturan dinamik,
dan volume tidal secara bermakna pabila dibandingkan dengan mereka yang tidak
membutuhkan ECMO. Setelah perbaikan, bayi dengan HKD juga terbukti mempunyai
saluran pernafasan reaktif. Sekarang terlihat bahwa HKD yang bertahan hidup
sudah terbukti mempunyai penyakit paru restriktif dan reaktifitas saluran
napas, yang terkait dengan beratnya kegagalan pernapasan awal.
Kelainan neurologis telah diketahui pada HKD yang
bertahan hidup yang membutuhkan ECMO, kelainanya adalah keterlambatan
perkembangan, kelainan pendengaran, atau penglihatan, kejamg-kejang, dan
kelainan sken CT serta pertumbuhan dan nutrisi terganggu. Hampir semua
penderita ECMO yang bertahan hidup menunjukkan bukti klinis adanya refluks
gastroesofagus, dan 25% atau lebih membutuhkan fundoplikasi. Masalah jangka
panjang lain terjadi adalah pektus ekskavatum, skoliasis, hipertensi pulmonal
menetap dan herniasi berulang.
Perbaikan HKD yang bertahan hidup, terutama yang
membutuhkan dukungan ECMO mempunyai berbagai kelainan jangka panjang yang
tampak membaik dengan bertambahnya waktu tapi membutuhkan pemantauan yang tepat
dan dukungan multidispliner.
DAFTAR
PUSTAKA
- Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995: 428-435
- Sjamsuhidajat R., Hopospadia, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC, Jakarta: 1997: 1010
- www.google.com
PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
0 komentar:
Posting Komentar