ASKEB BALITA
Asuhan Keperawatan Anak dengan BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh:
·
Erna Maya D (2010.1086)
·
Etik Yusilowati (2010.1087)
·
Tiya Arisma (2010.1216)
·
Tri aning S (2010.1217)
AKADEMI
KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04 Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA
DEFINISI
- Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2006).
- Menurut Engram (1998) pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas.
- Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007).
ETIOLOGI
- Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
- Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.
- Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini.
- Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
- Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling
sering adalah: - virus sinsisial pernafasan - adenovirus - virus parainfluenza
dan - virus influenza.
PATOFISIOLOGI
Proses
pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli,
reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke
dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan
bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran
oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya
terjadi hipoksemia (Engram 1998).
GAMBARAN KLINIS
Bronkopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari.
Suhu dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispnu. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai
muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi
produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan
fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia.
Pada
bronkop-neumonia, hasil pemeriksaan tisis tergantung daripada luas daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (kontluens) mungkin pada perkusi terdengar
keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi, ronki terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat
terjadi sesudah 2 – 3 minggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan
sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisis. Pada bronkopneumonia
bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
Foto Rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,
atelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumotoraks, pneumomediastinum atau
perikarditis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gambaran darah menunjukkan leukositosis,
biasanya 15.000 – 40.000/mm3 dengan pergesaran ke kiri. Kuman penyebab dapat
dibiak dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urin biasanya berwarna lebih
tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit
torak hialin.
KOMPLIKASI
Menurut
Engram (1998) dan Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi
menyertai pneumonia adalah abses paru, efusi pleural, empiema, gagal nafas,
perikarditis, meningitis, pneumonia interstitial menahun, atelektasis segmental
atau lobar kronik, atelektasis persiten, rusaknya jalan nafas, kalsifikasi
paru, fibrosis paru, bronkitis obliteratif dan bronkiolitis.
PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN
Sebaiknya
pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung
hal ini tidak selalu dapat dikerjakan dan makan waktu maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifragmasi. Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan
ditambah dengan kloramfeniko150 – 75 mg/kgbb/hari atau diberikan antibiotika
yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai
anak bebas panas selama 4- 5 hari
Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan
pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah
campuran glukose 5% danNaC10,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KC110
mEq/500 ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung
dengan menggunakan rumus Darrow. Karena temyata sebagian besar penderita jatuh
ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan
koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak – 5 mEq.
ASUHAN KEPERAWATAN
FOKUS PENGKAJIAN
- Identitas : -
Umur
: Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa Mycoplasma
terjadi pada anak yang relatif besar
- Tempat tinggal : Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar
- Riwayat Masuk
Anak
biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk
disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk
dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi
penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam
rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit
paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis
penderita
5. Riwayat
Tumbuh Kembang
Rata-rata pertumbuhan BB
pada bayi adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1.
Berat
badan ideal anak usia dibawah 1 tahun
ü Bila
BB diketahui BBl :
-
Usia 1-6 bln : BBI = BBL (gr) +
usia (bln) x 600 gr
-
Usia 7 -12 bln : BBI = BBL (gr)
+ usia (bln) x 500 gr
-
Atau usia 6 bulan : 2 x BBL dan usia 12 bulan : 3 x
BBL
ü Bila
BBL tidak diketahui :
-
BBI = (usia bln/2) + 3 s/d 4 kg
2.
Tinggi badan anak usia di bawah
1 tahun
ü Usia
0 – 6 bulan bayi akan mengalami penambahan TB sekitar 2,5 cm setiap bulannya.
ü Usia
6 – 12 bulan mengalami penambahan TB
hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya.
Perkembangan :
Motorik halus, motorik kasar, sosialisasi dan
bahasa.
Pada anak usia kurang dari 1 tahun, bila
ditinjau dari :
-
Psikoseksual masuk fase oral
-
Psikososial masuk fase trust
>< mintrust
-
Intelektual yaitu sensori
motori
PENGKAJIAN
- Sistem Integumen
- Subyektif : -
- Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan.
- Sistem Pulmonal
- Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng.
- Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
- Sistem Cardiovaskuler
- Subyektif : sakit kepala
- Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
- Sistem Neurosensori
- Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
- Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
- Sistem Musculoskeletal
- Subyektif : lemah, cepat lelah
- Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan.
- Sistem genitourinaria
a.
Subyektif : -
b.
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
7. Sistem digestif
a.
Subyektif : mual, kadang muntah.
c.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
8. Studi Laboratorik
a. Hb : menurun/normal.
b. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik,
penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal.
c. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
ANALISIS DATA
DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
|
- Stridor, ronchi/wheezing
- Batuk tdk efektif
- Produksi mucus
- Pernap cuping hidung
- Pengg alat Bantu napas
- Pilek, hidung tersumbat
- Respirasi
- Malaise, gelisah
- Dispnea, sesak
- Gelisah, dispnea
- suhu tubuh
- sentuhan pd permukaan kulit
teraba panas
- pernapasan
- tidak dapat minum
|
-
Prod mucus kental
-
Ketidak efektifan batuk
-
Proses radang pada paru
-
Kelelahan
-
demam
-
Masukan in adekuat
|
- Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
- Gangguan pertukaran gas
-
Iintoleransi aktifitas
-
Resti kekurangan volume cairan
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveoli-kapiler.
2. Bersihan napas inefektif
berhubungan dengan inflamasi trakeobronchial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum.
3. Nyeri (akut) berhubungan
dengan inflamasi parenkim paru.
4. Kecemasan berhubungan dengan
dyspnea dan hospitalisasi.
5. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Resiko tinggi penyebaran
infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja
silia, perlengketan sekret pernapasan).
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak,
hiperventilasi, muntah).
8. Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuatnya masukan nutrisi.
9. Kurang pengetahuan dari orang
tua mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
TUJUAN
1. Menunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan
2. Menunjukan prilaku mencapai
bersihan jalan napas efektif dan Menunjukkan jalan napas pasien dengan bunyi
napas bersih.
3. Menyatakan nyeri hilang
terkontrol, Anak tidak cerewet dan gelisah, Menunjukan rileks, istirahat/tidur.
4. Kecemasan menurun yang
ditandai dengan anak tidak labil, meningkatnya istirahat, TTV dalam batas normal, dan postur tubuh
dalam keadaan relaks.
5. Menunjukkan peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, TTV dalam rentang normal.
6. Tidak terjadi infeksi yang
lebih lanjut
7. Tidak terjadi kekurangan
volume cairan ditandai dengan membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler cepat dan TTV stabil.
8. Tidak terjadi nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh ditandai dengan tidak peningkatan napsu makan, tidak
terjadi penurunan berat badan.
9. Orang tua menyatakan
pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan
RENCANA TINDAKAN
Diagnosa
Keperawatan 1
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveoli-kapiler sekunder terhadap inflamasi pada intertisial alveolar.
a. Kriteria Hasil :
§ Meunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan :
§ TTV dalam batas normal
·
RR : 19-30 x/mnt
·
N : 100-140 x/mnt
·
S : 36-37,5 oC
b. Rencana Tindakan :
§ Kaji frekuensi dan kedalaman
pernapasan
§ Berikan posisi semi fowler
pada anak sesuai indikasi
§
Observasi nadi oksimetri dan ABGs
§
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi Oksigen
§ Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antibiotic seperti ampicilin, penicillin, eritromisin, sefalosforin, dst.
Sesuai indikasi.
Diagnosa
Keperawatan 2
2. Bersihan napas inefektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
a. Kriteria Hasil :
·
TTV
dalam batas normal :
o
RR : 19-30 x/mnt
o
N : 100-140 x/mnt
o
S : 36-37,5 oC
·
Menunjukan prilaku mencapai bersihan jalan napas efektif
·
Menunjukkan jalan napas pasien dengna bunyi napas bersih.
b. Rencana Tindakan :
·
Auskultasi area paru
·
Kaji seri sinar X dada, nadi oksimetri.
·
Bantu dan ajarkan orang tua untuk melatih anaknya latihan batuk efektif sesuai indikasi
·
Berikan dan ajarkan orang tua untuk memberikan posisi postural drainage
pada anak/pasien sesuai indikasi.
·
Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari. Tawarkan air hangat dari pada air
dingin.
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi, seperti
ekspektoran, bronchodilator.
Diagnosa
Keperawatan 3
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
a. Kriteria Hasil :
·
Menyatakan nyeri hilang terkontrol, Nyeri
dalam skala 0
·
TTV
dalam batas normal :
a. RR : 19-30 x/mnt
b. N : 100-140 x mnt
c. S : 36-37,5 oC
·
Menunjukan rileks, istirahat/tidur.
·
Anak tidak cerewet dan gelisah
b. Rencana Tindakan :
·
Kaji karakteristik nyeri
·
Observasi TTV
·
Berikan tindakan nyaman pada si anak seperti mengusap-usap badannya,
mendongeng,dll.
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik dan antitusif sesuai
indikasi
Diagnosa
Keperawatan 4
- Kecemasan berhubungan dengan dyspnea dan hopitalisasi
a. Kriteria Hasil :
§
Kecemasan menurun yang ditandai dengan anak tidak labil, meningkatnya
istirahat
§
dan postur tubuh dalam keadaan relaks.
b. Rencana Tindakan :
·
Jelaskan pada orang tua semua prosuder yang akan dilaksanakan dengan bahasa
yang mudah dimengerti
·
Anjurkan orang tua untuk menemani anak
·
Berikan permaianan bagi anak yang sesuai dengan keadaannya.
Diagnosa
Keperawatan 5
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
a.
Kriteria Hasil :
§
Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dengan tak
adanya dispnea,
b.
Rencana Tindakan :
·
Evaluasi respon si pasien/si anak terhadap aktivitas.
·
Berikan lingkungan yang tenang
·
Jelaskan pada ortu dari pentingnya istirahat si anak
·
Bantu anak/pasien dalam aktivitas perawatan diri.
Diagnosa Keperawatan 6
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan
sekret pernapasan).
a. Kriteria Hasil :
§
Tidak terjadi infeksi yang lebih lanjut
§
TTV
dalam batas normal :
a. RR : 19-30 x/mnt
b. N : 100-140 x/mnt
c. S : 36-37 oC
b. Rencana Tindakan :
·
Observasi TTV
·
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat
·
Kaji akan perubahan yang tiba-tiba dari kondisi seperti peningkatan nyeri
dada, berulangnya demam, dan perubahan karateristik sputum.
·
Berikan informasi kepada orang tua agar tidak membuang tissue bekas sputum
sembarangan, bila orang tua yang merokok ; pada saat merokok jangandekat dengan
pasien (anak).
Diagnosa
Keperawatan 7
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, hiperventilasi, muntah).
a. Kriteria Hasil : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
ditandai dengan :
§
membran mukosa lembab
§
turgor kulit baik
§
pengisian kapiler cepat
b. Ren
c. cana Tindakan
·
Kaji turgor kulit
·
Catat laporan mual/muntah
·
Tekankan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan IV.
Diagnosa
Keperawatan 8
8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan inadekuatnya masukan nutrisi.
a. Kriteria Hasil : Tidak
terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan tidak peningkatan
nafsu makan, tidak terjadi penurunan berat badan.
b. Rencana Tindakan
·
Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan mual/muntah
·
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
·
Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
·
evaluasi status nutrisi umum dan ukur berat badan.
Diagnosa
Keperawatan 9
9. Kurang pengetahuan dari orang tua
mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan kurangnya informasi.
c. Kriteria Hasil : Orang tua
menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan
b. Rencana Tindakan
·
Berikan informasi mengenai penyakit, lamanya penyembuhan, pencegahan dan
perawatan dirumah dalam bentuk tulisan dan verbal.
·
Berikan penjelasan akan perntingnya pemberian terapi antibiotik selama
periode yang dianjurkan.
·
Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksinasi/imunisasi
dengan tepat, seperti vaksin polisakarida yaitu; vaksin H.influenza B dan
vaksin influenza.
PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
- Dahlan, zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.
- DEPKES RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Untuk Penganggulangan Pneumonia Pada Balita.
- Suriadi, Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawtan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya.
- Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi, edisi 6. Jakarta : EGC
- www.google.com
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “ASKEB BALITA”
Makalah ini berisikan tentang Asuhan keperawatan
anak dengan bronchopneumonia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang penyakit pada neonatus & balita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Sidoarjo, Januari 2012
Penyusun
0 komentar:
Posting Komentar