EPIDEMIOLOGI
KASUS
Demam Berdarah Dengue (Bojonegoro Waspada DBD)

Disusun Oleh:
·
Tiya Arisma (2010.1216)
AKADEMI
KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO
Jl. Raya rame Pilang No.04 Wonoayu Sidoarjo
2011 – 2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Kasus DBD”
Makalah ini berisikan
tentang informasi penyakit DBD atau yang
lebih khususnya membahas faktor-faktor penularan penyakit DBD.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang DBD.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sidoarjo, November 2011
Penyusun
KASUS
Bojonegoro Waspada DBD
Kamis,
11 Desember 2008 | 16:22 WIB

DAVID SCHARF/
GETTY IMAGES
BOJONEGORO, KAMIS -
Dinas Kesehatan Bojonegoro, Jawa Timur, mewaspadai terjadinya peningkatan kasus
penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya pada Desember 2008 hingga Februari
2009.
"Kami
sudah menginstruksikan seluruh puskemas di Bojonegoro, juga kepala desa agar
melakukan gerakan pencegahan berkembangnya nyamuk yang menyebarkan DBD itu, " kata Kepala Dinkes
Bojonegoro, Anik Yuliarsih, kepada ANTARA, Kamis.
Dijelaskannya,
jumlah penderita DBD
mulai meningkat sejak November lalu setelah memasuki musim hujan.
Diperkirakan,
jumlah penderita BDB pada Desember meningkat dan telah mencapai 13 penderita sepanjang bulan
itu.
"Kami
perkirakan jumlahnya masih akan terus bertambah, " katanya.
Daerah
endemis DBD di Bojonegoro, diantaranya Kecamatan Kota
Bojonegoro, Sumberrejo, Baureno, Kalitidu, Padangan, Sugihwaras dan Kedungadem.
"Daerah
yang menjadi lalu lintas umumnya merupakan endemis DBD," katanya.
Karena
itu, lanjutnya, upaya mencegah berkembangnya nyamuk penyebar DBD itu, baik yang masih jentik maupun nyamuk
dewasa, dilakukan dengan abatisasi dan gerakan 3 M termasuk "fogging"
setelah diketahui positip di suatu tempat diketahui ada penderita DBD.
"Seperti
di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro, baru kami lakukan fogging karena
diketahui di desa itu positip ada penderita DBD," katanya.
Menurut
dia, intensitas berkembangannya penyakit DBD cenderung
meningkat hingga Februari mendatang.
Karena
itu, pihaknya juga mengajukan permintaan kepada operator minyak Blok Cepu
(Mobil Cepu Limited/MCL) untuk ikut memberantas berkembangnya DBD.
Dari
data di Dinkes Bojonegoro, jumlah penderita DBD di Bojonegoro hingga November 2008
sebanyak 306 orang, diantaranya enam orang meninggal, sedangkan tahun 2007
tercatat ada 806 penderita, diantaranya 24 orang meninggal.
Tahun
2006, ada 428 penderita, 12 orang diantaranya meninggal dunia.
1. Kerangka
teori 

Gambar 1. Kerangka Teori
ANALISIS DATA
A.
Penularan Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang
peranan pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara
(Hadinegoro et al, 2001). Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan
mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial penularannya.
1. Mekanisme Penularan DBD
Seseorang yang di dalam
darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama
4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di
dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita,
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
ekstrinsik).
Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini
terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah
akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah
yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain .
2. Tempat potensial bagi penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi
penularan DBD adalah:
Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).
- Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti:
sekolah, RS/Puskesmas dan
sarana pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan,
pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain).
- Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya barasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya terdapat penderita yang membawa tipe virus dengue yang berbeda dari masing-masing lokasi.
B. Bionomik Vektor
Bionomik vektor meliputi
kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan
nyamuk istirahat.
1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk
Tempat perindukan nyamuk
biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk
Aedes tidak dapat berkembangbiak digenangan air yang langsung
bersentuhan dengan tanah.
Macam-macam
tempat penampungan air:
- Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti:
drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan lain-lain
- Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:
tempat minuman burung, vas
bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas dan lain-lain
- Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain (Depkes RI, 1992).
2. Kesenangan nyamuk menggigit
Nyamuk betina biasa mencari
mangsanya pada siang hari.
Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai
petang hari, dengan puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan
16.00-17.00. Berbeda dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu
siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
3. Kesenangan nyamuk istirahat
Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat)
di dalam atau kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya, biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di
tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah
beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan
telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air.
Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah
telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur
sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila
berada di tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, dan biladi tempat
tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih
cepat (Depkes RI, 2005).
C. Epidemiologi Penyakit DBD
Timbulnya suatu penyakit dapat
diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent),
host dan lingkungan (environment).
1. Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus
(Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal
ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan
Den-4. Virus dengue ini memiliki
masa inkubasi yang tidak terlalu lamayaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat
di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular
penyakit DBD.
2. Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi
virus dengue.
Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:
a. Umur
Umur adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue.
Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur
beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di
Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun.
Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal
tahun terjadi epidemi DBD
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama
pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang
lebih 95% kasus DBD menyerang
anak-anak di bawah 15 tahun.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini
tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin
(gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin
adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun
ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka
tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada
anak perempuan.
c. Nutrisi
Teori nutrisi
mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori
imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan
karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi
virus dengue yang berat.
d. Populasi
Kepadatan
penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,
karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.
e. Mobilitas penduduk
Mobilitas
penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland
ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer
dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul
penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).
3. Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue
a. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue
ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan
subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan
seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian
sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006). Infeksi virus dengue
di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David
Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue
menimbulkan penyakit yangdisebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts)
kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts).
Disebut demikian karena demam yang terjadi
menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri
kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem
kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang
menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
(Hadinegoro dan Satari, 2002).
b. Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi
DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD
sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di
Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim
hujan. Periode epidemi yang terutama
berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim
hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit
karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk
masa inkubasi.
D. Faktor Penularan Penyakit DBD
Ada dua faktor
yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit DBD adalah :
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi
ketahanan tubuh atau stamina seseorang. Jika kondisi badan tetap bugar
kemungkinannya kecil untuk terkena penyakit DBD.
Hal tersebut dikarenakan tubuh
memiliki daya tahan cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,
parasit, atau virus seperti penyakit DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk
meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada musim itu
terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan virus dengue
penyebab DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk
berkembangbiak menjadi lebih banyak.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan
faktor yang datang dari luar tubuh manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol
karena berhubungan dengan pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di
tempat tinggal, lingkungan sekolah, atau tempat bekerja. Faktor yang memudahkan
seseorang menderita DBD
dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat
penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk untuk
hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan tempat penampungan air masyarakat
indonesia umumnya lembab, kurang sinar matahai dan sanitasi atau kebersihannya
(Satari dan Meiliasari, 2004).
Menurut Suroso dan Umar (Tanpa tahun), nyamuk lebih menyukai benda-benda
yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian. Maka dari
itu pakaian yang tergantung di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam
almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain
yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi untuk bisa
mengigit manusia (Yatim 2007).
Menurut Hadinegoro et al (2001),
semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang
lainnya karena pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan
penyakit DBD menyebar, urbanisasi yang tidak terencana
dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis, peningkatan sarana transportasi.
Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada
peranan faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:
1. Keberadaan jentik pada kontainer
Keberadaan jentik pada
container dapat dilihat dari letak, macam, bahan, warna, bentukvolume dan
penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat
mempengaruhi nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat
bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk
Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat
perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes.
Semakin padat populasi nyamuk Aedes,
maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat
sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan
masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain
dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M)
sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.
2. Kepadatan vektor
Kepadatan vektor nyamuk Aedes
yang diukur dengan menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas
Kesehatan Kota. Hal ini nampak peran
kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah yang terjadi kasus KLB.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
yang menyatakan bahwa semakin tinggi angka kepadatan vektor akan meningkatkan
risiko penularan.
3. Tingkat pengetahuan DBD
Pengetahuan merupakan hasil
proses keinginan untuk mengerti, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terutama indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek
tertentu yang menarik perhatian terhadap suatu objek.
Menurut Notoatmodjo (2003),
pengetahuan merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang
masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum
terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh
tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepadperilaku
sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan
kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya
indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan.
K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD
Menurut hasil penelitian Widyana (1998),
faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian DBD adalah:
1. Kebiasaan
menggantung pakaian
Kebiasaan menggantung pakaian
di dalam rumah merupakan indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes
aegypti. Kegiatan PSN dan 3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan
menggantung pakaian di dalam kamar merupakan kegiatan yang mesti dilakukan
untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan
penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi.
2. Siklus
pengurasan TPA > 1 minggu sekali.
Salah satu kegiatan yang
dianjurkan daelam pelaksanaan PSN adalah pengurasan TPA sekurang-kurangnya
dalam frekuensi 1 minggu sekali
3. TPA yang berjentik, halaman yang tidak bersih dan
anak dengan golongan
umur 5-9 tahun.
Hasil penelitian Nugroho (1999) faktor–faktor yang
mempengaruhi penyebaran virus dengue antara lain:
a. Kepadatan nyamuk
Kepadatan nyamuk merupakan
faktor risiko terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti,
semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD.
Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang
kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita
tersebut berisiko untuk tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya
kontainer baik itu berupa bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang
digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara teratur dan
mengubur barang bekas.
b. Kepadatan rumah
Nyamuk Aedes aegypti
merupakan nyamuk yang jarak terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu
nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling berdekatan
maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.
Apabila penghuni salah satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat ditularkan
kepada tetangganya.
c. Kepadatan hunian rumah
Nyamuk Aedes aegypti
merupakan nyamuk yang sangat aktif mencari makan, nyamuk tersebut dapat
menggigit banyak orang dalam waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu
rumah ada penghuni yang menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk
tertular penyakit DBD.
Menurut hasil penelitian
tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD, peneliti menyimpulkan bahwa kejadian DBD dipengaruhi oleh :
- Faktor keadaan lingkungan yang meliputi kondisi fasilitas TPA, kemudahan memperoleh air bersih, pengetahuan masyarakat, kualitas pemukiman dan pendapat keluarga.
- Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah adanya kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya yang lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya jentik pada fasilitas TPA (Arsin dan Wahiduddin, 2004).
PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
KOMPAS.com%20-%20Bojonegoro%20Waspada%20DBD.mht
- Budiarto E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC.
- Dinkes Jatim. 2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Diakses: 1 November 2009. http://www.dinkes jatim.go.id.
- Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004. Kajian Masalah Kesehatan DemamBerdarah Dengue. Diakses: 8 September 2008.http://www.litbang.depkes.go.id.
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus