Landasan
Teori
1.1
Pengertian
Abortus adalah penghentian atau berakhirnya
suatu kehamilan sebelum janin viabel (dalam konteks ini, usia kehamilan 20
minggu). Diperkirakan antara 10% hingga 20% dari kehamilan berakhir dengan
abortus spontan dan sebagian besar peristiwa ini terjadi dalam usia 12 minggu
pertama.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan
beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK UNPAD, Obstetri Patologi, Bandung:
bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid
I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu
atau berat janin kurang dari 1.000 gram.
( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I,
h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat
hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau
beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang
mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram.
Jika anak yang lahir beratnya antara 500
– 999 gram disebut juga dengan immature.
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal
ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang
baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan
masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata.
Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan
pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat
setelah membaca pokok bahasan ini.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus
spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika
diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini,
terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu,
janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua
secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan.
Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati
akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah
terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.
1.2
Penyebab
Abortus
dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1.
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan
kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama
trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan
penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali
disebabkan oleh cacat kromosom.
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan sekitar tempat
implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu. Endometrium belum siap
untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena
anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
c. Pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2.
Kelainan
pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada
diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3.
Faktor
maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan
obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi,
misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal
jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam
folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian
janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu
pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin,
bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus,
berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu
juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak
terjadi hipotiroidism yang nyata.
4.
Kelainan
traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan
kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus,
misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang
dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi).
Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada
kavum uteri. Hubungan seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat
menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai
12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam
produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat
mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.
8.
Penyebab
dari segi Maternal
a. Penyebab secara umum:
·
Infeksi
kronis
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga,
timah, air raksa, dll.
o
Diabetes
9.
Penyebab
dari segi Janin
- Kematian janin akibat kelainan bawaan.
- Mola hidatidosa.
- Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
·
Pemeriksaan USG janin dan
histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah
dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.
·
Pada 40% kasus, diketahui bahwa
latar belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal.
·
Pada 20% kasus, terbukti adanya
kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.
PATOFISIOLOGIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi
korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
MEKANISME ABORTUS
Mekanisme
awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus
Pada kehamilan kurang dari
8 minggu :
Embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi
chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14
minggu:
Mekanisme
diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau
masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak.
Pada kehamilan minggu ke 14
– 22:
Janin
biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih
menonjol.
Dari
penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus
dan nyeri dengan intensitas beragam.
MANIFESTASI KLINIS / GEJALA :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari
20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum
tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai
dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah
atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a.
Inspeksi Vulva : perdarahan
pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.
Inspekulo : perdarahan dari
cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c.
Colok vagina : porsio masih
terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Keguguran atau abortus yang
dibahas adalah yang terjadi spontan dan bukan keguguran buatan. Dugaan
keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
- Terdapat keterlambatan datang bulan.
- Terjadi perdarahan.
- Disertai sakit perut.
- Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil
konsepsi.
- Pemeriksaan hasil tes hamil dapat
masih positif atau sudah negatif.
Hasil pemeriksaan fisik terhadap
penderita bervariasi:
a. Pemeriksaan fisik berfariasi tergantung
jumlah perdarahannya.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri:
1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan
umur kehamilan.
2) Tinggi dan besamya sudah rnengecil.
3) Fundus uteri tidak teraba diatas simfisis.
c. Pemeriksaan dalam:
1. Servik uteri masih tertutup.
2. Servik sudah terbuka dan dapat diraba
ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau kanalis servikalis.
3. Besarnya rahim (uterus) telah mengecil.
4. Kensitensinya lunak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK
o
Laboratorium
o
Darah
lengkap
o
Kadar
haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
o
LED
dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
o
Tes
kehamilan
o
Penurunan
atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif. terjadinya kehamilan
abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA
- Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau nyeri punggung
- Perdarahan pervaginam
- Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari kanalis servikalis
- Gejala dan tanda kehamilan menghilang
- Tes kehamilan negatif atau peningkatan kadar β hCG yang tak sesuai
- Hasil pemeriksaan ultrasonografi yang tidak normal
1.3
Jenis/macam-macam
1.
Abortus spontanea
(abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Macam-macan
abortus spontan, Yaitu :
- Abortus imminens
- Abortus insipiens
- Abortus incompletus
- Abortus completus
- Abortus habitualis
- Missed abortion
- Abortus septik
1.
Abortus
imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan
pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit serta
berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan
berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin
tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin mengalamin
gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens
merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus ini, perdarahan
berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau
dipertahankan (Raden, 2009).
Setengah dari
abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya kehamilan
akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini
terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan
dalam rahim.
Ø Diagnosa pada abortus imminent
adalah :
·
Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa
hari)
·
šRasa
sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak
·
šServiks
dan OUE masih tertutup
·
šPP
test (+)
Ø Penanganan abortus imminens
meliputi :
·
Istirahat baring. Tidur
berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
·
Terapi hormon progesteron
intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau
secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara
pasti.
·
Pemeriksaan ultrasonografi
untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2.
Abortus
insipiens - inevitable
abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa
perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan
darah sedang hingga berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada
abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan
intrauteri berlangsung dan hasil konsepsi
masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya
beberapa jam saja.
Ø
Diagnosa abortus insipiens :
·
Perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
·
Nyeri
hebat disertai kontraksi rahim.
·
Serviks
atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
·
Ketuban
dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
·
PPtest
dapat positif atau negatif .
Ø Penanganan Abortus Insipiens
meliputi :
a.
Jika usia kehamilan kurang 16
minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi
tidak dapat, segera lakukan :
·
Berikan ergomefiin 0,2 mg
intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
·
Segera lakukan persiapan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b.
Jika usia kehamilan lebih 16
minggu :
·
Tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
·
Jika perlu, lakukan infus 20
unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan
ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c.
Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan.
3.
Abortus
inkompletus (keguguran
tidak lengkap).
Pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
Abortus
inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu
plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya
pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang
sementar serviks tetap terbuka
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana
hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua)
dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan
plasenta).
Ø
Diagnosa abortus inkomplit adalah:
·
Umur
kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
·
Perdarahan
sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak jarang
pasiendatang dalam keadaan syok.š
·
Serviks
terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
·
PP test
positif atau negatif, anemia.
Ø Penanganan abortus inkomplit :
a.
Jika perdarahant idak seberapab
anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital
atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum
iso prostol4 00 mcg per oral.
b.
Jika perdarahanb anyak atau
terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi
dengan :
·
Aspirasi vakum manual merupakan
metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
·
Jika evakuasi belum dapat
dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
c.
Jika kehamilan lebih dari 16
minggu:
·
Berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k
ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
·
Jika perlu berikan misoprostol
200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
(maksimal 800 mcg)
·
Evaluasi sisa hasil konsepsi
yang tertinggal dalam uterus.
d.
Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar
semua dari cavum uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai
Semua
hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk
pembuahan – janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan
rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami
involusi.
Ø
Diagnosa abortus komplets adalah :
·
Perdarahan
yang sedikit
·
Ostium
uteri telah menutup
·
Uterus
telah mengecil
Ø Penanganan abortus komplit :
1.
Tidak perlu evaluasi
lagi.
2.
Observasi untuk melihat
adanya perdarahan banyak.
3.
Pastikan untuk tetap
memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4.
Apabila terdapat anemia
sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5.
Konseling asuhan pasca
keguguran dan pemantauan lanjut.
5.
Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi
3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya
sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab
imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast
cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan
mengalami abortus.
Ø
Diagnosa abortus habitualis adalah :
·
Kehamilan
triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
·
Ketuban
menonjol dan pada suatu saat pecah.
·
Timbul
mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap
minggu.
·
Penderita
sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
·
Diluar
kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan histerosalfingografi
yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
Ø
Penanganannya terdiri atas :
·
Memperbaiki
keadaan umum.
·
Pemberian
makanan yang sempurna.
·
Anjuran
istirahat cukup banyak.
·
Larangan
koitus dan olah raga.
·
Terapi
dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis
6.
Missed
abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan
di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed
abortion.
Sekitar kematian janin kadang-kadang ada
perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin
infus ini,sekurang kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage.
Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria
stift.
Ø Gejala-gejala selanjutnya ialah
:
1.
Rahim tidak membesar, malahan
mengecil karena absorbs tuban dan macerasi janin
2.
Buah dada mengecil kembali.
3.
Gejala-gejala lain yang penting
tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.
Biasanya keaddan ini berakhir dengan
abortus yang spontan selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau
janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, maka janin lebih cepat
dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama.
Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan : kalau dalam 2 bulan
belum lahir disebut missed abortion (abortus tertunda).
Ø
Diagnosa missed abortion adalah :
·
Gejala
subyektif kehamilan menghilang
·
Mammae
agak mengendor lagi
·
Uterus
tidak membesar lagi bahkan mengecil
·
Tes
kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
·
Dengan
ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
·
Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan
darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu
dilakukan.
Ø
Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat,
timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan
pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi
apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor
mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati,
dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan
7.
Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai
infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa
berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya
terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial,
dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi
yang jauh lebih kecil. Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga
terjadi parametritis, peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300
abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya.
Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering
dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara
lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus grup
A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai
anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok,
perlu diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan
menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata.
Ø
Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
·
Abortus
yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek
serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
·
Apabila
terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
·
Demam
tinggi, dan tekanan darah menurun.
·
Untuk
mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada
serviks uteri.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : 80 %
dari semua abortus.
Yaitu:
·
Abortus
provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu
tindakan.
- Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
ü Macam-macam
abortus provokatus :
a)
Abortus provocatus artificialis
atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah
Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provocatus pada hamil muda (di
bawah 12minggu) dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage
dengan penyedotan (vakum) atau dengan sendok curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu)
dilakukan hysterotomi juga dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau
prostaglandin intra-amnial.
Indikasi untuk abortus therapeuticus
misalnya : penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro
cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah
sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi
kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah
karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and Gynecologists
(1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
- Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.
- Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
- Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
b)
Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi
kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan,
tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian
besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
1.4
Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah
perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
- Perdarahan
Perdarahan dapat
diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
- Perforasi
Perforasi uterus
pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
- Infeksi
Sejumlah
penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella abortus dan Campylobacter
fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi
keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria
monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital
pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas
sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
- Syok
Syok pada abortus
dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat (syok
endoseptik).
makasiH bu info na
BalasHapussilaturahmi ke bloG saya ya
http://yuudi.blogspot.com/
n grop adsense http://www.facebook.com/groups/343082525761750/
INFO PEMESANAN.!!!
BalasHapusSemua produk di atas bisa anda pesan disini..
sebelum membeli harus teliti dulu
Produk yang kami jual Bergaransi..!!!
Jual Obat Telat Bulan Obat Aborsi
Cytotec Asli
TESTIMONI.!!!
HUBUNGI..
WA: 081381771900